Widodo Sunu mengatakan petani kerap mendapat tekanan intimidasi yang makin represif dari TNI atau kelompok pembela TNI.
Penulis: Muhamad Ridlo Susanto
Editor:

KBR, Kebumen – Lantaran kerap diintimidasi tentara, petani Urut Sewu meminta perlindungan ke Bupati Kebumen.
Bupati dianggap sebagai aktor kunci penyelesaian konflik lahan Urut Sewu antara warga dengan TNI AD.
Koordinator Urut Sewu Bersatu, Widodo Sunu Nugroho mengatakan bupati membawahi Badan Pertanahan Nasional (BPN) di daerah yang bisa secara cepat melakukan verifikasi data kepemilikan lahan sengketa, baik yang dimiliki warga maupun TNI.
Dengan demikian bupati dianggap memiliki kunci untuk menyelesaikan konflik yaang tekah terjadi selama puluhan tahun ini.
Widodo Sunu mengatakan petani kerap mendapat tekanan intimidasi yang makin represif dari TNI atau kelompok pembela TNI.
Intimidasi meningkat semenjak petani berdemo menolak pemagaran yang berakhir dengan penyerbuan ratusan tentara pada 22 Agustus lalu.
Pada 17 September 2015, puluhan tentara juga menyerbu warga yang membuat parit penghadang truk pembawa material. Namun, sebelum tentara tiba di lokasi, warga melarikan diri dengan cara berkonvoi ke rumah dinas Bupati Kebumen untuk meminta perlindungan.
"Potensi konfliknya masih sangat besar. Kemarin setelah ada aksi di Setro Jenar karena ada droping material, kemudian masyarakat membuat parit di pinggir jalan supaya truk tidak bisa melintas. Itu yang saya maksud dengan sowan ke bupati itu," kata Widodo Sunu.
"setelah kita aktif di lapangan kita dihadang pasukan bersenjata kemudian kita ke Pak Bupati meminta perlindungan. Langkah (hukum) kami persiapkan tapi kami belum melangkah. Sebenarnya menurut kami langkah (hukum) itu tidak perlu dilakukan seandainya kabupaten bertanggungjawab," lanjut Widodo.
Widodo Sunu Nugroho yang juga Kepala Desa Wiromartan menambahkan warga enggan meminta perlindungan kepada polisi.
Menurut Widodo, pada insiden 22 Agustus lalu, polisi hanya diam tidak berbuat apa-apa saat warga diserbu ratusan anggota TNI. Polisi juga diam saja saat warga dianiaya di depan puluhan polisi yang berjaga. Menurut Sunu, polisi dianggap tidak berani melawan tentara.
Editor: Agus Luqman