indeks
Intoleransi Agama Tumbuh Subur Pada Masa Pemerintahan SBY

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan kasus intoleransi terhadap umat beragama tumbuh subur pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Penulis: Abu Pane

Editor:

Google News
Intoleransi Agama Tumbuh Subur Pada Masa Pemerintahan SBY
intoleransi, agama, gereja, ahmadiyah, SBY

KBR68H, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan kasus intoleransi terhadap umat beragama tumbuh subur pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Direktur Eksekutif Kontras Haris Azhar mengatakan, dalam empat bulan terakhir saja telah terjadi 60 kasus intoleransi, baik terhadap agama mau pun terhadap kelompok tertentu. Menurut dia kasus seperti ini tumbuh berkembang karena SBY kurang tegas pada pelaku intoleransi tersebut.

“Jadi susah juga kita berharap setahun terakhir SBY bekerja lebih keras. Apalagi suasananya mau pemilu dan SBY itu kalau mau Pemilu mencari popularitas. Misalnya pelaksanaan hukuman mati dilakukan. Yang kedua dalam risetnya Kontras dan LBH Jakarta beberapa tahun lalu juga menemukan bahwa isu intoleransi ini dipakai untuk konsolidasi agama-agama tertentu, untuk kepentingan partai-partai tertentu juga,” ujar Haris di Jakarta, Selasa (4/6).

Sementara dalam catatan Setara Institute, kasus intoleransi terhadap agama juga meningkat di masa pemerintahan SBY. Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos Ia mengatakan kasus disegelnya Gereja Kristen Indonesia (GKI Yasmin) di Bogor, konflik Syiah dan Suni di Sampang-Madura, serta kasus kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah di beberapa tempat hanya contoh kecil kasus intoleransi. Menurutnya masih banyak kasus serupa yang belum terungkap karena kurang diekspose media.

Editor: Antonius Eko

intoleransi
agama
gereja
ahmadiyah
SBY

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...