indeks
Ini Pidato Lengkap Prabowo di Mahkamah Konstitusi

KBR, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto berpidato di dalam sidang perdana gugatan Pemilihan Presiden 2014 di Mahkamah Konstitusi Jakarta, Rabu (6/8). Prabowo banyak menyinggung kecurangan yang terjadi di Pilpres.

Penulis: Guruh Dwi Riyanto

Editor:

Google News
Ini Pidato Lengkap Prabowo di Mahkamah Konstitusi
prabowo, MK, Pilpres, jokowi

KBR, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto berpidato di dalam sidang perdana gugatan Pemilihan Presiden 2014 di Mahkamah Konstitusi Jakarta, Rabu (6/8). Prabowo banyak menyinggung kecurangan yang terjadi di Pilpres.

Dalam pernyataannya itu, Prabowo didampingi calon wakil presiden pasangannya, Hatta Rajasa. Dengan mengenakan baju putih berlogo Garuda Merah, wajah Prabowo terlihat tegang. Sesekali Prabowo menyampaikan pidatonya dengan nada tinggi.

Berikut isi pidato Prabowo:

Pra pelaksanaan daripada pemilihan itu, pada saat pelaksanaan dan pasca pelaksaan. Dalam pilpres pra pelaksanaan daftar pemlih tetap adalah menjadi sangat penting. Karena itu, kami sebagai calon yang didukung 7 Parpol besar. Yang pada pemilu legislatif mendapatkan 62 persen suara, merasa sangat-tersakiti dengan praktik-praktik penyimpangan, ketidakjujuran, ketidakadilan yang telah diperlihatkan penyelenggara pemilu.

Kita sudah merasakan semua. Sebetulnya kalau ada waktu kita bisa hadirkan puluhan ribu saksi. Dan saya telah meminta saksi-saksi itu semua untuk membuat tertulis dan di video. Seandainya pun tidak diterima di sidang ini, harus kita beri pelajaran pada Bangsa Indonesia. Ada ibu-ibu yang datang ke tempat pemilihan ditanya oleh penyelenggara. Anda mau pilih siapa? Nomor satu atau nomor dua? Ketika bilang nomor satu, tidak diperkenankan. Ibu ini masih hidup, ada di Bendungan Hilir.

Majelis hakim yang mulia, nasib Bangsa Indonesia sesungguhnya ada di sidang ini. Kita sepakati demokrasi. Kita akan hormati keputusan apa pun kalau prosesnya benar, kalau prosesnya jujur dan kalau prosesnya tidak ada kecurangan.

Saya tidak akan ulangi semua proses atau semua hal yang sudah disampaikan kuasa hukum saya. Tetapi bayangkan di pemungutan TPS kami pasangan yang didukung oleh 7 partai besar 62 persen dalam pemilu legislatif dapat nol, 100 persen dimenangkan oleh satu pihak.

Ini hanya terjadi di negara totaliter, di Korea Utara. Saya ralat, di Korea Utara pun tidak terjadi yang saya maksud 97 atau 99 persen. Di kita ada yang 100 persen. Ini luar biasa, ini hanya terjadi di negara totaliter atau komunis.

Di negara yang normal, tidak mungkin karena kita ada saksi. Masa saksinya tidak dihitung. Saya tidak mengulangi karena semuannya ada prosesnya. Kami sebetulnya diberikan nasihat percuma anda ke Mahkamah Konstitusi, tetapi kami hormati sistem yang telah kami bangun.

Di belakang saya adalah tokoh-tokoh reformasi, pejuang-pejuang demokrasi. Di tahun 66 mereka berjuang untuk demokrasi, di tahun 98 mereka berjuang untuk demokrasi. Saya dituduh mengkudeta, saya dituduh calon ditaktor.

Tapi saya memimpin 33 batalyon tempur tapi saya dituduh kudeta, saya tidak melakukan. Di hadapan rakyat Indonesia dan dihadapan sejarah saya buktikan komitmen saya pada demokrasi, saya tunduk kepada undang-undang dasar.

Saya sudah ikut pemilhan umum sudah 3 kali, saya membangun partai dari nol. Saya datang dari bawah, desa ke desa, kecamatan ke kecamatan. Dan sekarang kita dihadapkan pada pemerkosaan terhadap hak-hak demokrasi.

Saudara-saudara majelis hakim yang saya muliakan,

Seluruh bangsa akan berharap satu keadilan. Katakan lah yang benar adalah benar, dan yang salah, salah. Kami tidak mau berkuasa di atas ketidakbenaran. Kami tidak mau menerima mandat di atas kecurangan. Tetapi sangat sulit bagi kami untuk mengakui suatu rangkaian kecurangan yang sedemikian terstruktur, terencana, dan masif.

Apalagi ada upaya pembongkaran kotak suara. Saya juga tidak akan terlalu menguraikan. Tetapi ketua-ketua partai kami di daerah  di kabupaten rumahnya dibakar, ketua partai kami di Kalimantan Barat di keroyok oleh pemuda-pemuda, di Banyuwangi rumah saksi kami dibakar.

Kami percaya kepada majelis hakim konstitusi, kami mohon keadilan demi bangsa negara dan rakyat Indonesia dan demokrasi yang telah kita sepakati. Karena kalau keadilan tidak kita dapat, kami sangat-sangat khawatir atas masa depan demokrasi, masa depan bangsa Indonesia. Kalau rakyat tidak percaya lagi kepada sistem yang dibangun, ke mana lagi mereka cari keadilan.

Majelis hakim yang saya hormati

Kami mohon maaf kalau ada kata-kata kami yang tiak berkenan di hati para hakim. Tetapi inilah yang kami sampaikan. Kami percaya bahwa mahkamah, akan menunjukkan kepada seluruh Bangsa Indonesia bahwa kedaulatan yang hendak kita tegakkan adalah kedaulatan rakyat. Bukan kedaulatan uang atau kedaulatan pemilik modal besar yang menjadi penggali di balik layar. Atau pun kedaulatan bangsa asing yang ingin mengendalikan nasib bangsa Indonesia.

Karena walaupun ini bukan ranah yang harus diselesaikan di Hakim Konstituasi tapi saya ingin menyampaikan di sini bahwa ada negara-negara asing tertentu yang memandang bupati kami dan walikota kami dan berusaha mempengaruhi mereka, ini kami anggap campur tangan asing. Bayangkan, pemilihan republik Indonesia, negara asing ikut ingin mempengaruhi.

Demikian majelis hakim, sebagai penutup pengantar ini, kami Prabowo-Hatta meminta seluruh rakyat Indonesia yang telah memilih kami agar tetap bersabar untuk menunggu datangnya kebenaran dan keadilan dari Mahkamah Konstitusi.

Saya juga meminta kepada seluruh rakyat Indonesia yang memilih kami agar bersikap tertib, selalu hindari tindakan di luar hukum, selalu mengutamakan jalan damai, jalan konstitusional dalam memberikan dukungan memberikan ranah hukum yang sedang kami tempuh. Kami percaya, yang benar adalah benar, yang salah adalah salah dan kami percaya pada akhirnyan pihak yang benar yang akan diridhoi oleh Allah SWT.


Editor: Pebriansyah Ariefana

prabowo
MK
Pilpres
jokowi

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...