Yohanes Surya tengah menyiapkan Indonesia Jaya 2030.
Penulis: Arin Swandari
Editor:

KBR, Jakarta - Mimpi Profesor Yohanes Surya adalah mencetak 30 ribu doktor dari daerah terpencil, Indonesia melahirkan seorang peraih nobel dan memiliki pusat riset yang canggih. Perjalanan menuju cita-cita sudah berjalan setahap demi setahap. Tahun ini 1000 anak dari daerah tertinggal mulai mendalami riset bersama.
Perjalanan untuk ke mimpi Anda sudah sampai di tahap mana?
“Sekarang ini kita baru saja mendirikan universitas yang kita namakan Surya University. Surya University memang agak beda dengan universitas yang ada sekarang ini lebih fokus pada riset. Jadi semua mahasiswa yang datang ke sini mulai tahun pertama sudah harus research, sekarang kita ambil tahun 2014 ini seribu dari daerah tertinggal, seribu dari kota. Kita akan latih mereka dalam 4-5 tahun untuk menjadi sarjana yang benar-benar peneliti handal. Setelah lulus dari Surya University ini kita harapkan bisa dikirim ke universitas terbaik di luar negeri atau mungkin di Surya University program S2, S3. Kalau tiap tahun bisa bertambah katakanlah tahun 2014 ini seribu, tahun 2015 bisa tiga ribu dari daerah tertinggal kita bisa mencapai 30 ribu doktor dari daerah tertinggal kita bisa mencapai 30 ribu dari daerah tertinggal.”
Sekarang semakin banyak variasi yang Anda lakukan untuk kegiatan Anda termasuk Gerakan Menulis Bersama Surya. Gerakan apa ini?
“Ini mempersiapkan Indonesia Jaya di 2030 bahwa dari Indonesia ini kita harus mempunyai ribuan para penulis. Saya bayangkan kalau kita sering menulis di mana-mana seperti komik Jepang ada Sinchan, Doraemon itu sudah istilahnya menguasai pikiran anak-anak. Kenapa tidak kita bikin gerakan menulis ini dan kita cetak seperti penulis novel, cerpen supaya mereka menulis sebanyak mungkin.”
Tulisannya tentang fisika atau bebas?
Bebas tapi lebih memperkenalkan Indonesia. Misalnya di dalam novel seperti novel umum tapi kasih tahu keadaan Indonesia, misalnya kita baca novel setting-nya membuat orang ingin pergi ke sana.
Anda mendahulinya dengan menulis Rahasia Sukses Juara Dunia Olimpiade Fisika dan Mestakung: Rahasia Sukses Meraih Impian dan yang terakhir menulis novel science bersama Ellen Cony dan Sylvia Lim: TOFI-Perburuan Bintang Sirius. Apa sih yang ingin disampaikan dalam novel? Bagaimana membahasakan fisika dalam bahasa novel?
“Awal pertama saya pikir ini akan jadi novel yang menarik tapi perjalanan Sirius itu seru juga. Bagaimana konsep fisika itu dijadikan dalam bentuk novel remaja misalnya fisika cinta, cerita tentang seorang wanita yang dingin atau cuek itu seperti uranus yang dingin. Jadi bagaimana membawa hal-hal ilmiah itu ke dalam pikiran remaja, itu satu tantangan tapi seru. Karena kita lihat seseorang misalnya jatuh cinta prosesnya dari sisi fisika seperti apa.”
(baca juga: Yohanes Surya: Tidak Ada Anak yang Bodoh)
Jatuh cinta itu dipandang dari sisi fisika seperti apa?
“Jadi itu sebenarnya akibat adanya interaksi gelombang emosi. Jadi tubuh kita ini mengeluarkan gelombang, lewat gelombang itu wanita dan pria berinteraksi. Interaksinya bisa lewat sentuhan tangan, mata itu memperkuat interaksi. Ketika dia sudah saling berinteraksi lewat interaksi itu mulai muncul rasa rindu atau apa, jadi perpaduan gelombang emosi.”
Jangan-jangan semua hal yang terjadi ini masuk dalam unsur fisika ya?
“Segala sesuatu yang bisa diulang itu bisa difisikakan.”
Adik-adik kita yang sudah juara olimpiade banyak yang Anda cetak. Sekarang mereka ini karirnya bagaimana? Di mana mereka sekarang?
“Mereka tersebar dimana-mana dan mereka itu orang-orang yang sangat hebat. Sebagian sudah pulang di sini membantu saya membangun Surya University, sebagian dari mereka melatih Olimpiade Fisika melanjutkan pelatihan ini. Kemudian sebagian masih ada di luar seperti kemarin saya baru komunikasi dengan seorang alumni olimpiade fisika tahun 1995 dia sekarang sudah bekerja di IBM Research di Tokyo. Lalu dia bilang kepada saya mau pulang, oke saya bilang gabung di sini tapi dia mau mendirikan IBM Research di Surya University, saya bilang oh welcome. Jadi nanti ada IBM Research dia kepalanya, kita ke depan seperti itu para alumni yang di luar bekerja di perusahaan hebat mereka pulang.”
Mereka seperti mengikuti jejak Anda yang kembali mengabdi ke negara ini ya?
“Iya mereka juga bilang ke saya sudah terlalu lama di luar sudah saatnya kembali ke Indonesia, bangun Indonesia.”
Semua hal yang sekarang Anda lakukan apa yang ingin Anda capai?
“Sebenarnya kita mengharap 2030 Indonesia jaya bahkan kita mengharapkan Indonesia menjadi negara super power di tahun 2045. Jadi waktu Indonesia merdeka 100 tahun kita bisa sekelas dengan Cina, Amerika. Saya juga memimpikan suatu saat akan ada peraih Nobel dari Indonesia.”
Potensinya kira-kira seperti apa?
“Potensinya ada anak-anak kita yang sekarang lagi research di luar negeri mereka bagus-bagus. Jadi potensi ada apalagi kita nanti dilengkapi fasilitas yang bagus, kenapa saya bikin Surya University salah satunya supaya kita punya fasilitas research. Kita akan dapat hibah lab yang sangat lengkap, kalau ini jadi direalisasikan akan banyak penemuan hebat.”
Kalau yang Anda lakukan ini lebih banyak didukung dari luar negeri atau dalam negeri?
“Dari dalam negeri sekarang respon yang paling cepat saat ini dari perusahaan dan Angkatan Darat. Angkatan Darat kemarin kita ada 15 research, kemudian dilanjutkan dengan 31 research untuk berikutnya. Berikutnya dari swasta seperti Gajah Tunggal, Martha Tilaar, Astra, dan perusahaan besar lainnya ingin kita melakukan research untuk mereka. Kita lagi bikin kampus nilainya Rp 9 triliun orang pikir uang dari mana, saya pikir jalan saja yang penting swasta mendukung. Ternyata ada jalan, banyak yang mendukung terutama mereka yang melihat pentingnya research. Misalnya dari satu sponsor dia mau bikin lab yang nilainya Rp 400 miliar ini luar biasa.”