KBR68H, Jakarta
Penulis: Novaeny Wulandari
Editor:

KBR68H, Jakarta – Apa sih Giant Sea Wall? Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa adalah tanggul yang dirancang untuk mengurangi adanya banjir rob dari laut. Terutama untuk mengurangi banjir rob yang menlanda Jakarta, seperti yang terjadi pada beebrapa waktu lalu. Tanggul yang sudah dirancang sejak pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo ini diperkirakan akan dapat tertahan hingga 100 tahun lamanya. Anggaran yang dibutuhkan untuk membuatnya pun tidak sedikit, yaitu 1001 triliun rupiah.
Proyek ini adalah proyek kerjasama antara Pemerintah Pusat, pemerintah Belanda dan Pemerintah DKI. Memang tujuannya adalah untuk mengurangi banjir yang terjaid di Jakarta. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sarwo Handayani menjelaskan jika memang ada 3 penyabab banjir yang mengenangi Jakarta, salah satunya yaitu meluapnya air laut. Ini dikarenakan tinggi permukaan Jakrta bagian Utara yang lebih rendah daripada lautan.
Tak hanya tanggul untuk mencegah banjir rob semata, proyek ini nantinya juga dirancang dengan berbagai fasilitas. Diantaranya sebagai waduk yang dapat menghasilkan air bersih untuk dipergunakan. Kedua prasarana transportasi yang dapat digunakan dari pembangunan tanggul tersebut. Ketiga adalah pembangunan pelabuhan dalam, dan keempat adanya 17 pulau buatan yang terdapat di dalam tanggul raksasa tersebut.
Kiara Kecam Giant Sea Wall
Namun rencana pembuatan Tanggul laut raksasa ini menuai kritik dari kalangan pemerhati lingkungan. Menurut Koordinator Divisi Pendidikan dan Penguatan Jaringan Kiara, Selamet Daroyni dengan pembangunan tanggul laut raksasa ini 30.000 kepala keluarga terancam tergusur. Selain itu masyarakat yang keberja sebagai nelayan akan kelihangan akses melautnya. Mereka membutuhkan jarak yang lebih jauh lagi untuk dapatdengan bebas mencari ikan, karena sudah pasti ada investor-investor yang menguasai tempat-tempat tertentu di dalam tanggul laut raksasa. Walaupun keberatan ini sudah disampaikan kepada Pemerintah Kota Jakarta dan meminta untuk fokus kepada penyelesaian pencemaran limbah, namun masih belum ada tanggapan positif atas rasa keberatan Kiara tersebut.
Selamet menilai, aspek komersil sangat kental dalam pembangunan tanggul laut raksasa ini. Menurut dia kegiatan reklamasi yang berada di Teluk Jakarta dikuasai oleh 14 perusahaan property perumahan dan pergudangan. Sudah pasti dengan adanya investor- investor tersebut akan menghilangkan akses kepada nelayan. Kiara senidri meminta kepada pemerintah untuk mengkaji ulang pembangunan tanggul laut raksasa ini. Karena ternyata pembangunan tanggul laut raksasa ini masuk kedala program MP3EI atau program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia.
Efek kerusakan lingkungan dari pembangunan tanggul laut raksasa juga mengancam Kepulauan Seribu. Apalagi dengan adanya pembanguanan 17 pulau buatan, reklamasi yang terjadi dapat menghilangkan pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Bahan baku yang harus didatangkan dalam jumlah yang tidak sedikit untuk membuat pulau buatan dapat berdampak pada pulau-pulau lainnya yang dikeduk materialnya.
Yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat adalah bagaimana mengkoordinasikan Jakarta, Banten dan Jawa Barat untuk saling mendukung kelestarian lingkungan. Bukan hanya mengelontorkan anggaran untuk membuat program-program yang malah merusak lingkungan.