"Danantara perlu memperjelas dulu mau investasi di KPOP dan Kdrama itu seperti apa dan rencananya bagaimana? Kalau tidak clear jadinya hanya gimmick," tuturnya.
Penulis: Aura Antari
Editor: Wydia Angga

KBR, Jakarta - Ekonom mewanti-wanti atas minat investasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) ke industri hiburan Korea Selatan seperti Korean Pop (K-Pop) dan Korean Drama (K-Drama) atau Drakor.
Peneliti Ekonomi Center of Economic and Law Studies atau CELIOS, Jaya Darmawan menilai ketertarikan Danantara berinvestasi ke industri Kpop dan Drakor perlu dipertimbangkan secara serius karena risikonya lebih besar dibandingkan manfaatnya. Ia menyebut ekonomi Korsel sedang mengalami stagnasi, termasuk industri hiburannya.
"Saya kira tidak tepat baik dari sisi tren kinerja ekonomi makro Korsel dan secara sektoral di bidang KPOP dan Kdrama. Pilihan ini terlalu populis, tetapi minim pertimbangan bisnis yang matang," ujar Jaya kepada KBR.
Selain itu, kata Jaya, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Korsel pada 2025 dari 2 persen menjadi hanya 1 persen. Adapun lambatnya regenerasi artis Kpop, menurut Jaya, turut menurunkan konsumsi dalam negeri, karena banyak artis besar seperti BTS, Blackpink dan PSY lebih fokus ke pasar global.
"Jadi lebih terlihat risikonya dibanding manfaatnya. Belum lagi adanya faktor lambat dan atau lamanya regenerasi artis KPOP membuat penurunan konsumsi domestik di tengah bintang bintang besar seperti BTS, Black Pink, dan PSY fokus di pasar global. Saya belum bisa melihat keuntungan bisnis dan apalagi manfaat publik dari rencana investasi ini. Mengingat Danantara ini adalah dana publik," ungkapnya.

Foto: Konser Stayc di Basket Hall GBK, Jakarta, Sabtu (28/6/2025). ANTARA FOTO/Jasmine Nadhya Thanaya/YU
Berdasarkan data Circle Chart, dikutip dari kompas.id, penjualan album fisik pada 2024 adalah 98,9 juta buah atau turun sebanyak 21,3 juta buah album dibandingkan dengan tahun 2023.
Sementara, Data Bea Cukai Korsel menunjukkan nilai ekspor album K-pop adalah 291,8 juta dollar AS pada 2024. Angka ini hanya naik 0,55 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2023, sangat kecil dibanding saat pandemi pernah naik hingga 301 persen dari tahun 2019 ke 2022.
Jaya mengatakan Danantara perlu menjelaskan secara terbuka bentuk investasi yang akan dilakukan di industri Kpop dan Kdrama. Jika tidak jelas, maka publik akan menganggapnya hanya sebagai gimmick.
"Bisnis itu kan dinamis, jadi harus diperjelas dulu perbandingannya di bidang apa. Maka dari itu, Danantara perlu memperjelas dulu mau investasi di KPOP dan Kdrama itu seperti apa dan rencananya bagaimana? Kalau tidak clear jadinya hanya gimmick," tuturnya.
Sebelumnya, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir menyatakan ketertarikan menjalin kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) dalam industri media dan hiburan seperti Korean Pop (K-Pop) dan Korean Drama (K-Drama).
Pandu menilai Korsel mampu memperkenalkan bahasa nasional mereka ke seluruh dunia meskipun penduduk mereka terhitung sedikit dibandingkan populasi global. Dia menganggap ini sebagai keberhasilan yang dapat dipelajari Indonesia dalam mempromosikan budaya dalam negeri agar menjangkau konsumen global.
"Yang menarik sebenarnya itu soal media industry. Karena di Korea Selatan itu penduduknya walaupun kecil yang bisa bahasa Korea, tapi bisa membuat bahasa Korea menjadi internasional. Melalui musik, melalui film, dan seterusnya," ujar Pandu dalam Korea-Indonesia Economic Partnership Forum di Jakarta, Selasa, (24/6/2025) dikutip dari antaranews.
Korea Selatan pun menyambut baik Danantara yang tertarik bekerja sama dalam mengembangkan industri media dan hiburan seperti Kpop dan Kdrama. Indonesia menjadi pasar potensial untuk konsumsi media dan hiburan karena memiliki populasi besar.
Pernyataan tersebut disampaikan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Soo-Deok saat menanggapi Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir yang menyatakan akan mempelajari bagaimana industri media dan hiburan Korea Selatan bisa terus maju dan terkenal ke seluruh dunia.
“Menarik bahwa CIO Danantara menyebutkan potensi kerja sama di bidang media dan hiburan. Saya rasa ini merupakan potensi besar untuk kerja sama Indonesia dan Korea, mengingat banyak masyarakat Indonesia menyukai drama Korea dan K-pop,” kata Park dalam Korea-Indonesia Economic Partnership Forum di Jakarta, Selasa, (24/6/2025) dikutip dari antaranews.

Foto: Konser NCT WISH di Jakarta di Tennis Indoor Senayan, Kompleks GBK, Jakarta, Sabtu (31/5/2025). ANTARA FOTO/Fauzan/Spt.
Terkait hal ini, Ekonom dari lembaga kajian ekonomi INDEF, Eko Listiyanto justru beranggapan bahwa investasi sebaiknya mempertimbangkan potensi budaya lokal.
Kata Eko, meskipun masyarakat Indonesia menyukai Kpop dan Drakor, seharusnya investasi juga mempertimbangkan potensi film berbasis budaya lokal dan konten yang merepresentasikan Indonesia.
"Daya saing global kita akan sulit kalau kemudian kita justru menginvestasikan kepada Kpop atau Drakor yang merupakan soft power dari negara lain begitu," ujar Eko kepada KBR.
Danantara menurutnya juga perlu memastikan investasinya memberi keuntungan jangka panjang pada masa depan Indonesia. Ketika pelaku industri tahu cara membaca selera penonton lokal dan mampu menghasilkan produk yang sesuai, maka akan meningkatkan perekonomian nasional.
"Dari waktu ke waktu nanti lama-lama mereka bisa bersaing. itu ada Danantara di situ sebetulnya itu punya implikasi yang lebih positif ya dibandingkan hanya secara pasif membiayai film di luar negeri," jelasnya.
"Itu akan lebih mencerminkan upaya Danantara menjadi katalisator. Pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasinya yang strategis dan mendorong daya saing global," tambahnya.
Baca juga:
- Keuangan Terguncang, Gimana Metode Koping Stres Finansial?
- Fenomena Penonton Coachella, Demi Senang Rela Utang