indeks
13 Mei, Ingatlah 13 Orang Hilang Belum Kembali!

Hari ini 15 tahun lalu, amuk massa mulai melanda kota-kota besar di Indonesia. Pembakaran gedung, penjarahan dan segala jenis kejahatan tumpah ke jalan. Juga isu perkosaan massal terhadap etnis Tionghoa. Selama tiga hari, ibukota negara seolah tak memilik

Penulis: KBR68H

Editor:

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
13 Mei, Ingatlah 13 Orang Hilang Belum Kembali!
13 mei, orang jilang, kontras

Hari ini 15 tahun lalu, amuk massa mulai melanda kota-kota besar di Indonesia. Pembakaran gedung, penjarahan dan segala jenis kejahatan tumpah ke jalan. Juga isu perkosaan massal terhadap etnis Tionghoa. Selama tiga hari, ibukota negara seolah tak memiliki tuan yang berkuasa. Tentara dan polisi ada di mana-mana. Segala isu dan rumor tak jelas sumbernya beredar di udara. Ketidakpastian melanda seluruh negeri.


Ujung dari kerusuhan yang dengan cemerlang kemudian diambil alih gerakan reformasi yang dimotori anak-anak muda dan mahasiswa ini, akhirnya memaksa politisi Senayan mengambil sikap. Para pendukung kekuasaan Orde Baru satu per satu menarik diri, meningggalkan sang penguasa tua, Soeharto, yang selama 30 tahun lebih tak pernah bisa digoyang. Soeharto  akhirnya mengundurkan diri, ditimpa sorak-sorai para demonstran. Singgasananya runtuh.


Reformasi menang, pada saat itu. Harapan membuncah. Tapi bayarannya sungguh mahal. Seolah hanya dengan simbol mundurnya Soeharto, kemenangan sudah ada di tangan. Sungguh pandangan yang keliru. Karena para pejuang yang asli, justru lantas tersingkir. Gantinya adalah para petualang politik yang membajak cita-cita reformasi, demi keuntungan diri dan kelompoknya sendiri.


Gerakan reformasi tak muncul tiba-tiba. Ia disusun, dan dirintis dari tradisi perlawanan puluhan tahun sebelumnya. Tradisi perlawanan ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Yang membedakan, gerakan perlawanan kaum muda di penghujung kekuasaan Orde Baru mendapatkan momentum yang mempercepat kematian rezim tua, yakni krisis ekonomi 1997.


Krisis multi dimensi, dari moneter ke ekonomi, berlanjut ke politik ini menjadi titik penting yang tak boleh diabaikan dari seluruh akumulasi perlawanan yang selalu gagal atau dikalahkan dalam periode-periode sebelumnya. Tapi justru pada saat itu, radikalisasi gerakan kaum muda mendapat pukulan yang lebih besar. Mereka yang masuk daftar para pembangkang, diculik.


Dalam catatan KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) setidaknya ada 23 orang telah dihilangkan sepanjang periode 1997-1998. Dari 23 orang itu, Sembilan orang dilepaskan penculiknya dan satu orang ditemukan meninggal, yaitu Leonardus Gilang. Tapi sisanya sebanyak 13 orang lainnya masih hilang hingga hari ini. Mereka adalah penyair Wiji Thukul, Petrus Bima Anugerah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.


Penyelidikan Komnas HAM yang hasilnya diserahkan kepada Kejaksaan Agung menyatakan ada bukti permulaan yang cukup untuk menyimpulkan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan. Berbagai laporan setelahnya bahkan menyebut keterlibatan sebagian anggota pasukan elit Kopassus, yang tergabung dalam Tim Mawar. dalam peristiwa penculikan para aktivis itu.


Celakanya, pengadilan hanya menyeret prajurit rendahan. Bekas Danjen Kopassus Prabowo Subianto, yang jelas-jelas mengakui keterlibatannya di depan Dewan Kehormatan Perwira, tak pernah diadli. Beberapa tahun belakangan, melalui partai Gerindra yang ia dirikan, Prabowo bahkan sangat gencar berkampanye melalui media massa. Ia dipastikan akan maju memperebutkan kursi kepresidenan pada Pemilu 2014.


Betapa kita telah menjadi begitu pelupa. Dalam beberapa survei, Prabowo justru tampil meyakinkan di antara tokoh-tokoh lain. Popularitasnya yang cukup tinggi, sungguh membuat para pegiat demokrasi khawatir. Hilangnya 13 orang yang diculik dan belum kembali hingga kini, semakin jarang dibicarakan. Sebagian orang malah ingin kasus ini dipendam dalam-dalam.


Lima belas tahun reformasi, hari ini, kita mesti mengingat kembali tentang bahaya yang mengintai. Ada utang yang belum dibayar. Dan menjadi kewajiban bagi siapa pun yang masih berpikiran waras, untuk menolak negeri ini jatuh ke tangan calon pemimpin yang berlumur darah.   

13 mei
orang jilang
kontras

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...