Article Image

SAGA

Tenoon: Kain Tenun yang Merangkul Kelompok Disabilitas

Hasil kain tenun dari Tenoon. (Foto: KBR/ Taufik Hidayat)

Tahukah Anda kalau angka penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan itu termasuk yang tertinggi di Indonesia?

Pratiwi Hamdhana berupaya membalik keadaan lewat Tenoon--kain tenun Nusantara yang dibuat oleh teman-teman disabilitas. Jurnalis KBR, Astri Yuana Sari menengok kiprah Pratiwi di Makassar.


[AUDIO SUARA MESIN JAHIT]

ADELIA: Assalamualaikum. Nama saya Adelia. Umur saya 18 mau ke 19. Asal saya dari NTT.

Adelia, seorang tunadaksa dengan gangguan gerak pada kaki kirinya--tapi ia lincah memainkan mesin jahit di depannya.

[AUDIO SUARA GERAKAN PADA MESIN JAHIT]

ADELIA: Saya dulu dari Kementerian Sosial, saya dikasih belajar di situ, pelatihan di situ selama 2 tahun. Terus saya ingin mencari pekerjaan, terus dapat saya di sini, di Tenoon.

[AUDIO MUSIK]

Dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan menempatkan Sulawesi Selatan sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penyandang disabilitas tertinggi di Indonesia. 

Karena itulah sejak awal Tenoon menggandandeng penyandang disabilitas, dan memulainya lewat sebuah rumah produksi kecil di daerah Maccini, Makassar. 

PRATIWI: Kita ingin bikin sesuatu yang impactful, dan dapat inspirasi. Ya sudah, kita mempekerjakan kelompok marjinal. Cuma waktu itu definisi marjinal kan besar nih, kayak siapa saja nih kelompok marjinal. Nah kita mulai dengan teman-teman disabilitas, dan sampai sekarang kita fokusnya di pemberdayaan perempuan dan disabilitas.

Tenoon baru punya 3 penjahit yang adalah penyandang disabilitas.

red

Tapi Pratiwi dan Tenoon terus bergerilya memberdayakan kelompok ini lewat berbagai pelatihan.

PRATIWI: Jadi kita sempat bikin workshop pembuatan tas, workshop sosial media, sama foto produk. Dan itu memang mayoritas 90% yang dateng itu teman-teman disabilitas.

[AUDIO SUARA MESIN JAHIT]

Lewat Tenoon, Pratiwi ingin memberikan sumbangsih bagi tanah kelahirannya sekaligus memberdayakan kelompok disabilitas.

PRATIWI: Jadi kalaupun kita tidak bisa hire mereka karena kapasitas kita belum mumpuni, mungkin mereka bisa punya skill, atau mereka bisa bikin usaha sendiri, atau jadi mitra lepasannya kita.

	<td>:</td>

	<td class="current">Astri Yuana Sari</td>
</tr>

<tr>
	<td>Editor</td>

	<td>:</td>

	<td>Citra Dyah Prastuti&nbsp;</td>
</tr>
Reporter