SAGA

Stop Konsumsi Sirip Hiu

populasi ikan hiu yang kian menurun dipicu oleh besarnya permintaan terhadap konsumsi sirip ikan hiu

AUTHOR / Bambang Hari

Stop Konsumsi Sirip Hiu
hiu, Jakarta, WWF, Sup Sirip Hiu, Efransjah


KBR68H - 
Indonesia  seperti dilansir badan pangan PBB, FAO menempati peringkat pertama negara penangkap hiu terbesar. Salah satu pemicu, akibat tingginya permintaan  sirip ikan hiu di pasar dalam negeri dan  internasional.  LSM konservasi satwa, WWF telah menyerukan agar masyarakat menghentikan  konsumsi sirip  hiu. Terancamnya populasi hiu bisa berakibat pada ekosistem di laut.  Tapi toh minat konsumen membeli semangkuk sup sirip hiu yang mencapai  jutaan rupiah tetap tinggi.


“Teksturnya yang krenyes-krenyes itu bisa diganti dengan bahan yang lain. Kalau menurut saya, sup yang maknyus itu adalah kaldu hasil olahan chef yang andal.”
-Bondan Winarno, Ahli Kuliner

“Hiu adalah penyeimbang ekosistem di laut. Seperti musik dalam hidup saya. Bila ada yang hilang, maka kehidupan kita menjadi kurang berkualitas. Bila hiu punah, maka kekayaan alam di laut pun akan ikut punah. Indonesia akan kehilangan kekayaannya. Dan saya akan kehilangan alam inspirasi. Selamatkan hiu, untuk selamatkan kehidupan kita, untuk Indonesia.”
-Nugie, Penyanyi

“Saya cinta hiu. Kamu cinta hiu? Atau kamu takut sama hiu? Hiu jahat itu Cuma ada di film. Film Jaws, Film Deep Blue Sea. Tapi kemungkinan orang meninggal karena hiu itu perbandingannya satu berbanding tiga ratus juta. Lebih banyak orang meninggal karena kecelakaan lalulintas, mungkin penyakit malaria, mungkin juga digigit anjing, ataupun tersambar petir. Jadi tentukan sikap, jangan pernah makan hiu dalam bentuk apapun.
-Ringgo Agus Rahman, artis

Itu tadi sejumlah testimoni dari pesohor yang menyatakan dukungannya terhadap kampanye penyelamatan populasi ikan hiu di Indonesia. Kampanye itu bukannya dilakukan tanpa sebab. Populasi ikan hiu di Indonesia yang menurun secara drastis jadi penyebab utamanya.

Direktur LSM konservasi fauna WWF, Efransjah menjelaskan, populasi ikan hiu yang kian menurun dipicu oleh besarnya permintaan terhadap konsumsi sirip ikan hiu. Menurutnya, sirip ikan hiu menjadi bahan baku utama untuk diracik dalam semangkuk sup. Saking tingginya permintaan, sirip ikan hiu menjadi bisnis yang sangat menggiurkan.

"Karena kepercayaan ini semua, maka menjadi big bussiness trade. Omzetnya bisa sampai setengah atau satu triliun dolar secara global. Bayangkan saja, sekilo saja dihargai sekira 100 dolar. Satu bowl (mangkuk-red) bisa kalau kita makan, di restoran yang  rada bergengsi. Misalnya di Singapura atau di Hongkong itu harganya berkisar 100-150 dolar. Itu satu bowl kecil saja. Akibatnya secara global, menurut catatan yang kami punya itu per-tahunnya, itu bisa 500-100 juta ekor hiu yang dibunuh," jelasnya.

Jika dirupiahkan satu mangkuk sup sirip ikan hiu sekitar Rp 1-1,5 juta rupiah.

Lelaki yang akrab disapa Efran ini melanjutkan, proses pengambilan sirip ikan hiu berlangsung secara sadis. Ikan hiu—dalam keadaan hidup-hidup ditangkap, kemudian dipotong siripnya. Setelah itu hiu  kembali dilepaskan ke laut.

"Karena yang paling banyak dikonsumsi adalah sirip depan atau belakang, maka begitu diambil dalam keadaan hidup-hidup dan kembali dilepaskan ke lautan, fungsi dari fin ini adalah seperti di pesawat. Untuk bergerak naik dan turun. Akhirnya mereka tidak mampu lagi naik ke atas permukaan, maka mereka akan mati tercekik. Atau kalau mereka bergulingan tidak berdaya, kemudian mereka dimangsa oleh ikan-ikan lain. Begitulah cerita tragisnya cerita shark-finning," paparnya. 

Efran  memaparkan, terancamnya populasi hiu bisa berakibat pada ekosistem di laut."Celakanya, shark adalah berperan sebagai top predator. Yakni dalam piramida rantai makanan, ia jumlahnya sedikit. Hiu itu jumlahnya bila dibandingkan dengan yang lain-lain itu sedikit. Karena dia sedikit, makanya dia rentan. Dalam satu tahun, ia hanya bisa beranak 6-12 ekor saja."

Salah satu koordinator ekosistem laut WWF, Ahmad Hafizh Adyas menimpali, kepunahan hiu juga dapat mengancam setiap spesies yang ada di laut. "Kenapa kita harus menghindari shark-finning? Karena hiu itu sebagian besar jenisnya harus bergerak untuk mendapatkan oksigen. Selain itu dia juga sangat penting untuk menjaga kualitas perairan, dia juga sangat penting perannya terhadap spesies lain di laut. Sehingga kalau dia hilang atau punah, maka itu akan sangat mengganggu," katanya.

Desakan berbagai kalangan tak menghentikan praktik  penjualan sirip ikan hiu.

Apakah sudah ada regulasi yang mengatur soal ini? 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!