SAGA

Caleg Pesohor Partai Politik (III)

Strategi mendulang suara dengan memanfaatkan popularitas selebritas dinilai akan memperburuk citra DPR yang terus melorot

AUTHOR / Erric Permana

Caleg Pesohor Partai Politik (III)
caleg, DPR, pesohor, artis, Pemilu 2014

Citra DPR Melorot

Data KPU menyebut hampir 50 orang pesohor yang terdaftar sebagai  caleg sementara yang diusung  12 partai politik. Selain Bondan Winarno dan Angel Lelga adapula nama artis sinetron Irwansyah yang digandeng Partai Gerindra. Sementara aktor film Donny Damara bergabung ke Partai Nasdem.

Hanya 3 partai politik peserta pemilu 2014 yang tidak mengajukan calon legislator dari kalangan pesohor, yakni PBB, PKS dan PKPI.  Sebastian Salang, Koordinator LSM pemantau kinerja DPR, Formappi menilai partai politik sengaja merekrut kalangan pesohor untuk meraup suara pemilih  sebanyak mungkin.

“ Artis-artis ini mengandalkan popularitasnya untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Ketika calonnya banyak lalu kemudian masyarakat tidak mengenal calon itu secara mendalam. Maka artis menguntungkan disitu. Partai politik melihat, ini salah satu peluang karena yang dipentingkan partai itu adalah suara pada pemilu 2014,” jelasnya.

Penilaian ini tak ditampik  Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dan Ketua DPP PAN Bima Arya

“ Ini kan komposisi juga supaya tidak dominan kelompok tertentu. Untuk artis pastinya untuk mendongkrak suara donk. Kalau gak mendongkrak suara gak bakal kita jadiin caleg.”

“ Ini kan public figure dan artis targetnya itu berapa sih ? Target kita double digit 10 persen. Minimal 65 kursi, yah 1 daerah pemilihan 77 persen.”

Sementara Sekjen Partai PPP M Romahurmuziy  menyanggah kualitas pesohor  sebagai anggota DPR meragukan.  Partainya telah menguji dari berbagai aspek  sebelum diajak bergabung.  “ Artis itu sedikit yah, ada 7 orang Okky Asokawati, Angel Lelga, Mat Solar, Rahmania Pop, Rati Sanggarwati, Emilia Contesa. Artis itu kita saring berdasarkan elektabilitasnya dan kompetensi. Elektabilitas melalui track record kemudian kompetensi kita lakukan fit and proper test dengan wawancara.”

Langkah serupa juga dilakukan Partai Gerindra seperti disampaikan  Fadli Zon. “Mereka memang mau, artis kan bagian dari komponen masyarakat. Diseleksi berdasarkan wawancara, kita lakukan rapat. Kita ada ada tim kan untuk mewawancara. Nah assesment kita dari situ.”

Strategi mendulang suara dengan memanfaatkan popularitas selebritas dinilai akan  memperburuk citra DPR yang terus melorot . Koordinator Formappi Sebastian Salang mengatakan partai politik hanya mementingkan elektabilitas atau tingkat keterpilihan dibandingkan kualitas caleg. “Kebetulan partai politik kita juga adalah partai politik mumpung gitu, mumpung ada artis yang juga terkenal   nanti mereka dipakai untuk menjadi votegater lah untuk partai, soal nanti sampai DPR ketika terpilih mereka bingung, soal mereka gak tahu apa yang mereka kerjakan. Itu urusan lain.”

Meski demikian, Sebastian tak menampik ada  sejumlah artis  yang cukup berkualitas karena  sudah terjun ke kancah politik sejak lama sebelum bergabung ke dunia politik.  Kritik dari masyarakat tak menyurutkan niat Bondan Winarno dan Angel Lelga untuk mewujudkan impian dan memperjuangkan aspirasi rakyat   sebagai anggota DPR.

“ Kita donk yang masuk ke situ, kalau kita gak masuk, semua orang-orang buruk yang masuk. Karena apa kita gak mau masuk, karena kita mau bersih dan gak mau dicaci maki.”

“ Kita gak usah takut, percaya diri kepada kemampuan kita sendiri, kita konsentrasi. Kalau soal apa-apa kita gak usah pikirin.”

Fenomena  pesohor yang mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR  disambut baik bekas presenter yang kini duduk sebagai anggota DPR, Tantowi Yahya. Tapi politisi Partai Golkar ini mewanti koleganya “ Dunia dewan itu berbeda jauh dengan dunia seni yang kita geluti yah. Kalau dunia seni kan bertanggung jawab kan hanya untuk diri kita sendiri, tapi sebagai wakil rakyat kan banyak sekali kepada warga yang memilih kita.”

Adalah hak setiap orang untuk menjadi anggota DPR, termasuk kalangan pesohor. Namun masyarakat perlu berhati-hati memilih caleg  saat Pemilu nanti. Patut diperhatikan rekam jejaknya. Tak sekadar terpesona dengan popularitas, ketampanan atau kecantikan sang wakil rakyat tegas   Koordinator Formappi Sebastian Salang.  “ Sejauh ini hanya itu yang bias dilakukan, karena KPU tidak membuat ketentuan setiap caleg itu menyertakan pengalaman. Itu tidak diwajibkan KPU.”

Saat di bilik suara, pemilih hanya butuh waktu sekitar 5 menit. Namun pilihan itu  menentukan nasib suara kita lima tahun mendatang. Jadi  jangan asal pilih caleg—apapun latar belakangnya—  seperti memilih kucing dalam karung seperti diungkapkan ibu rumah tangga Siti Rohana.  “ Caleg artis gimana yah, yah takutnya gak kerja, malah sibuk ngurus keartisannya.”

(Erc, Fik)


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!