KBR, Jakarta - Ribuan jemaat Gereja Santa Clara tengah beribadah di sebuah ruko di Wisma Asri, Bekasi Utara.
Karena jumlah jemaat yang membludak, ruko itu pun sudah tak mampu lagi menampung. Sehingga dibutuhkan lokasi baru yang lebih besar; gereja.
Sekretaris Dewan Paroki Bekasi Utara, Rasnius mengatakan, Paroki Santa Clara Bekasi Utara sudah terbentuk sejak Agutus 1998.
“Bekasi ini terus berkembang dari segi perumahannya sehingga banyak orang berdatangan termasuk juga orang Katolik yang bekerja di Bekasi, Jakarta, Cikarang dan sekitarnya. Tetapi mereka tinggal di sini.Tentu mereka membutuhkan sebuah tempat beribadah berdoa kepada penciptanya,” ungkap Rasnius kepada KBR.
Proses pengajuan pembangunan gereka sudah dilakukan sejak 17 tahun silam.
Sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri, syarat yang harus dipenuhi antara lain artu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang, mendapat dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan lurah, rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan rekomendasi tertulis FKUB Kotamadya atau Kabupaten.
Dokumen yang didapat KBR, Paroki Santra Clara mengantongi surat rekomendasi FKUB, Kementerian Agama, dan Dinas Kesbangpol Kota Bekasi juga KTP warga RT 02, RT 03 /RW 06.
Hingga akhirnya, pada 28 Juli lalu, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengeluarkan izin pendirian rumah ibadah Santa Clara.
Tapi, keputusan itu diprotes kelompok Front Umat Islam (FUI). Mereka menuding, pihak gereja membohongi warga agar mau memberikan KTP sebagai dukungan.
Ketua Front Umat Islam Bekasi, Bernard Abdul Jabbar.
“FKUB memberikan rekomendasi yang dikeluarkan untuk pembangunan gereja Santa Clara, tapi FKUB tidak melihat tidak melakukan verifikasi. Dia hanya berdasarkan data yang dia terima dari laporan RT, RW atau dari pihak lurah. Apa yang terjadi di masyarakat, adanya manipulasi kemudian penyuapan yang dilakukan, ini tidak dilihat,” ucap Abdul Jabbar.
Saat KBR meminta bukti yang ditudingkan, FUI tak mampu menunjukkan.
Sementara Rasnius menegaskan tak ada tipu muslihat. Semua proses sudah dilewati dari keluarahan sampai wali kota. Bahkan warga kata dia, sampai ditanya berulang-ulang.
“Kepada warga pendukung sudah dilakukan verifikasi berlapis dan berjenjang. Warga sempat juga mengatakan, lho kami kenapa selalu diverifikasi bukankah kami sudah memberikan dukungan dan tandatangan kami serta cap jempol di atas materai. Kami juga tahu hukum. Kami sudah ikhlas memberikan dukungan kami kepada umat Katolik di Bekasi Utara dan kami ikhlas dan sukarela tanpa diimingi janji-janji apa pun,” jelas Rasnius.
Gereja Santra Clara rencananya akan dibangun di RT 02/RW 06, Kelurahan Harapan Baru, Bekasi Utara, Jawa Barat. Dengan luas tanah sekitar 6500 meter persegi. Tanah itu sendiri milik Keuskupan Agung Jakarta.
Rasnius juga mengatakan, nantinya bakal didirikan klinik yang akan melayani warga sekitar gereja. Tapi hingga kini, lahan itu masih kosong alias belum ada pembangunan.
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi pun membantah tudingan FUI. Ketua FKUB, Abdul Manan mengatakan, rekomendasi diberikan setelah pihaknya menemui langsung warga, menanyakan kesediaan mereka memberi dukungan berupa KTP.
“Sudah benar ini. Kalau urutannya sudah, dari RT RW kelurahan hingga kecamatan. Kementerian Agama dan FKUB sebagai badan yang memang akan memberikan rekomendasi kepada Badan Kesbangpol maka melakukann verifikasi juga,” kata Abdul Manan.
Setali tiga uang dengan FKUB, Ketua RT 03/RW 06 Kelurahan Harapan Baru, Nari mengatakan, warganya secara ikhlas memberikan KTP mereka.
“Pak RT menyetujui, warga-warganya sampai sekarang. Warga RT 03, tidak ada masalah betul ya jadi benar-benar ikhlas tandatangan. Kami ini yang penting warga tidak ada paksaan kami setuju saja. Negara kita negara Pancasila bukan negara Islam," ungkap Nari.
Kembali ke Paroki Santa Clara. Rasnius berharap proses pembangunan gereja bisa berjalan tanpa ada benturan kelompok masyarakat. Pasalnya, di Bekasi ada dua gereja yang ditentang izinnya; HKBP Filadelfia dan Gereja Santo Stanislaus Kostka.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Gereja Santa Clara, Nari: Kami Warga Ikhlas Mendukung Jemaat
"Warga RT 03, tidak ada masalah. Betul ya jadi benar-benar ikhlas tandatangan. Kami ini yang penting warga tidak ada paksaan kami setuju saja. Negara kita negara Pancasila bukan negara Islam."

Dokumen Izin Pendirian Gereja dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Foto: Yudi Rachman/KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Menyoal Program Restrukturisasi Jiwasraya
Kabar Baru Jam 8
Kapan Kekebalan Terbentuk Usai Vaksinasi Covid-19?
Kabar Baru Jam 10