KBR, Jakarta - Setelah berperang lima tahun di Afghanistan, Slamet Hadi alias Abu Luqman kembali ke tanah air pada awal tahun 1990an.
Semangat jihad masih menggebu dalam dirinya. Namun, tak seperti alumni Afghanistan lain semisal duo pelaku bom Bali 1 Mukhlas dan Imam Samudera, Abu Luqman tidak berniat menjadikan bumi Indonesia sebagai tempat menebar teror.
"Kalau Bali bukan perang itu namanya. Apakah Gubernur Bali pada waktu itu sudah mengatakan siap memerangi orang Islam? Tidak kan. Atau orang Islam sudah menyerukan, Bali, saya akan perangi! Seluruh umat Islam kan tidak," ungkapnya.
Menurut dia, jihad ada aturannya. Minimal kata dia, harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
"Sebenarnya perang itu ada aturan-aturannya, jadi perang itu harus disepakati. Islam pun demikian. Enggak bisa langsung serang bom sini bom sana enggak bisa. Enggak boleh," tambahnya.
Menurut ayah tiga anak ini, banyak cara untuk berjihad.
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubah lah dengan tangan. Kalau saya, karena Indonesia ini heterogen, kan tidak ada masalah. Mau orang Hindu, Bali, Muslim bersatu kan tidak ada masalah,” timpalnya.
Pemahaman itu pula yang ia tularkan pada dua anaknya, Ilfa dan Luqman.
"Keinginan untuk jihad ada. Tapi jihad yang sesuai dengan syar’i, bukan jihad yang asal-asalan, bukan jihad teror. Dulu sebelum saya tahu soal jihad, saya anggap hal itu benar. Padahal kalau dalam syar’i, jihad itu gentle ketika zaman para sahabat itu. Kemudian ada syarat-syarat dari Rasulullah," ujarnya.
"Kalau kita tidak ada niat dalam hati untuk jihad di jalan Allah, kita termasuk orang yang munafik. Jihad itu harus dengan ilmu, harus sesuai dengan ajaran Rasulullah. Menurut saya kalau untuk di Indonesia, jihad yang cocok adalah tidak dengan cara membunuh sesama kaum muslimin," sambungnya.
Tak hanya itu, Abu Luqman juga punya jalan sendiri untuk berjihad; jihad ilmu. Dia mulai melanjutkan kembali pendidikannya di UIN Sunan Gunung Jati, Bandung.
"Saya baru dua bulan di UIN Sunan Gunung Jati. Dulu ada teman-teman, anak buah yang nawarin saya jadi dosen. Saya ditawarin jadi ketua jurusan tapi harus doktor. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah, Bogor, dekat kampus Dermaga IPB. Saya nanti Ketua Prodi Bahasa Arab. Saya antara ragu dan yakin, ternyata diterima," timpalnya.
Di tengah kesibukannya mengejar gelar doktor, Slamet Hadi alias Abu Luqman aktif mengajak rekan-rekannya sesama jihadis untuk berhenti menebar teror di tanah air.
"Saya datang ke penjara mengingatkan kawan-kawan jangan melakukan ini karena imbasnya terhadap islam akan jelek. Ilmu saja dulu, dakwah. Karena kan jihad itu bisa dengan dakwah juga. justru akan lebih baik. Justru dengan radikal akan jelek. Makanya jangan lakukan di sini. Alhamdulillah sekarang seperti itu," tutupnya.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Abu Luqman: Jihad Saya Lewat Ilmu (Bagian 2)
Di tengah kesibukannya mengejar gelar doktor, Slamet Hadi alias Abu Luqman aktif mengajak rekan-rekannya sesama jihadis untuk berhenti menebar teror di tanah air.

Abu Luqman. Foto: Gungun Gunawan/KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Terus Menginspirasi
Peran Wadah UMKM di Masa Pandemi
Kabar Baru Jam 7
Kabar Baru Jam 8
Sampah Sungai Bekasi Ditangani Perahu Pembersih dari Jerman