RAGAM

ADV

Bertema "Momen Besar untuk Bumi", Earth Hour Ajak Gen Z dan Milennial Segera Beraksi untuk Bumi

WWF Ajak Gen Z dan Milennial untuk bergerak aktif untuk menyelamatkan bumi kita untuk masa depan.

DIPERSEMBAHKAN OLEH KBR Media / Auzan Farhansyah

Bertema "Momen Besar untuk Bumi", Earth Hour Ajak Gen Z dan Milennial Segera Beraksi untuk Bumi

KBR, Jakarta - Pada tanggal 23 Maret nanti Earth Hour akan kembali diselenggarakan dari jam 20.30 hingga 21.30 waktu setempat. Earth Hour ke-18 kalinya ini mengusung tema ‘Momen Terbesar untuk Bumi’ guna mendukung dan merayakan pentingnya planet bumi. Earth Hour berfungsi sebagai suar pembawa harapan positif, dan inspirasi untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang, khususnya untuk terlibat dalam isu lingkungan hidup.

Sejak pertama kali dilakukan pada tahun 2009 di Indonesia, Earth Hour dikenal dengan momen “mematikan lampu”. Selain Ikon-ikon kota, para pendukung Earth Hour di seluruh dunia juga diajak secara simbolis mematikan alat elektronik yang tidak digunakan dan memberikan ‘Satu Jam untuk Bumi’, dengan memanfaatkan 60 menit untuk melakukan sesuatu yang positif bagi planet bumi. Pada tahun 2023, lebih dari 410.000 jam telah diberikan kepada planet bumi oleh para pendukung di 190 negara dan wilayah, yang mewakili 90% penduduk bumi, menjadikannya Momen Terbesar bagi Bumi. Untuk Indonesia, karena bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan, maka hanya beberapa ikon kota yang ikut serta dimatikan.

“Lebih banyak orang yang perlu bergabung dalam Earth Hour tahun ini untuk memanfaatkan kekuatan kolektif individu dan komunitas. Pentingnya keterlibatan kita jika ingin meningkatkan kesadaran mengenai tantangan lingkungan hidup dan membengkokkan kurva hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030. Untuk benar-benar menyatukan jutaan orang di seluruh dunia, penting bagi Earth Hour untuk memperluas jangkauannya melampaui jumlah pendukung yang sudah sangat besar dan melibatkan individu-individu yang belum terlibat. Melindungi planet kita adalah tanggung jawab bersama dan memerlukan tindakan kolektif dari seluruh lapisan masyarakat.” jelas Kirsten Schuijt, Direktur Jenderal, WWF Internasional.

Melalui Hour Bank, alat online interaktif terbarunya, Earth Hour mengajak semua orang, di mana pun untuk menemukan cara paling menyenangkan dalam memberikan satu jam untuk Bumi. Baik berjalan-jalan di hutan untuk menikmati aroma udara, merasakan bumi, dan mendengarkan suara, atau melakukan pemilahan di rumah untuk mengidentifikasi dan menukar produk yang tidak ramah lingkungan dengan produk alternatif yang ramah lingkungan, ada banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan. Hour Bank menyediakan daftar kegiatan dan acara berdasarkan minat dan preferensi gaya hidup peserta, mulai dari makanan dan kebugaran hingga seni dan hiburan.

Ajakan “Satu jam untuk Bumi” membuat partisipasi menjadi lebih mudah dan menyenangkan, mendorong individu tidak hanya untuk mematikan lampu secara simbolis, tetapi juga meluangkan waktu 60 menit untuk berbuat baik bagi planet ini sambil melakukan sesuatu yang mereka sukai.

“Earth hour mengingatkan kita untuk mengembalikan sebagian dari apa yang kita nikmati dari alam ini kepada alam, cara yang paling mudah adalah dengan simbolis mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai, karena lampu menyimbolkan bagaimana manusia seharusnya memanfaatkan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Kami mengajak seluruh Gen Z dan Milenial di Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan Earth Hour, yuk!” Ujar Aditya Bayunanda, CEO Yayasan WWF-Indonesia.

Earth Hour lebih dari sekedar momen, ini adalah gerakan yang selama 18 tahun terakhir untuk terus menginspirasi, memobilisasi masyarakat secara global, mengingatkan kita akan tanggung jawab bersama untuk menciptakan masa depan yang lebih penuh harapan dan tangguh bagi planet kita.

Baca juga: WWF Ajak Masyarakat Ikut Gerakan Earth Hour, Satu Jam Matikan Lampu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!