NUSANTARA

Jangan Takut Tes COVID!

" Jika Anda takut tes, padahal gejalanya mengarah ke sana, dapat membahayakan orang lain. Jadi kita harus start to care. Dengan tidak melakukan tes, itu sama saja kita egois."

Elysa Rosalina

Jangan Takut Tes COVID!

KBR, Jakarta Selama pandemi ini, Anda pernah tes Covid? Ya, mungkin tak sengaja Anda pernah kontak sama orang yang positif Covid, atau Anda menunjukkan salah satu gejalanya? Atau, faktor kecemasan kalau-kalau ada virus corona di dalam tubuh Anda, sehingga Anda berinisiatif untuk tes?

Apa pun alasannya, jika Anda terpapar Covid lebih baik ditangani segera ketika gejalanya masih ringan, dibandingkan ketika sudah dalam kondisi berat. Kalau Anda takut mengikuti tes, maka akan meningkatkan risiko keterlambatan penanganan. Begitu kata Dokter Reynaldo Alexander, salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19.

“Kalau takut diperiksa bisa berisiko mendapatkan keterlambatan terapi, lebih baik kita tangani ketika gejalanya masih ringan dibandingkan datang ke UGD sudah dalam kondisi berat, kalau begitu kan kemampuan seseorang tersebut untuk survive jadi menurun, sayang sekali,” tutur Reynaldo, saat berbincang di podcast "Life in the Time of Corona" besutan KBR Prime.

Secara umum, ada beberapa jenis tes COVID-19, yaitu rapid test, swab test, dan Polymerase Chain Reaction (PCR) test.

Ada perbedaan antara ketiga jenis alat tersebut.

Menurut Reynaldo, swab test adalah untuk pemeriksaan PCR, yang mendeteksi langsung komponen materi genetik dari virusnya. Pemeriksaan swab test ini menjadi pemeriksaan utama yang membantu para petugas kesehatan untuk menyatakan seseorang memang terinfeksi virus Covid-19.

Sedangkan untuk rapid test, digunakan untuk mendeteksi atau memeriksa kekebalan tubuh seseorang. “Jadi, rapid test ini akurasinya bervariasi, tergantung dari tubuh pasien sudah terbentuk apa belum kekebalannya,” kata Reynaldo.

Ia menjelaskan, ketika seseorang terkena Covid-19, orang tersebut tidak akan langsung membentuk kekebalan tubuh, namun membutuhkan waktu sampai akhirnya tubuh sanggup membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virusnya. Oleh sebab itu, jika virus corona masih baru saja memasuki tubuh, seseorang tersebut mungkin tidak langsung terdeteksi positif Covid-19 dengan menggunakan rapid test.

“Tujuannya mau diagnosis atau mau evaluasi, kalau mau diagnosis tetep nomer satu kita lihat gejalanya ada apa enggak, riwayat kontak dengan pasien Covid-19 ada apa enggak, kalau gejalanya ada, tapi hasil rapid test nonreaktif atau negatif, saya saran lanjut ke swab test karenam mungkin kekebalannya belum terbentuk,” tutur Dokter Reynaldo.

Nah, baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui rapid test antigen sebagai tes yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus corona. Alat ini bahkan dikabarkan lebih baik dari alat-alat sebelumnya.

“Tes antigen sebenarnya mirip sama swab dan PCR, cuma yang dideteksi agak berbeda. Antigen mendeteksi protein yang dihasilkan ketika virus berkembang biak, tapi konsekuensinya apa? Si antigen ini kalo mau dipake justru harus di awal-awal penyakit,” jelasnya.

Tes antigen harus dilakukan di awal penyakit, saat dimana virus berkembang biak dengan sangat cepat karena belum terbentuknya kekebalan tubuh seseorang.

Saling Peduli dan Jauhi Stigma

Dalam menghadapi pandemi ini, Reynaldo menyarankan agar masyarakat Indonesia dituntut untuk saling peduli. Apalagi, virus corona dengan cepat langsung menjadi pandemi, menyebabkan kematian, penularan yang cepat, ditambah lagi dengan stigma negatif yang beredar.

“Selama pandemi ini, kita tidak bisa fokus hanya ke diri kita saja, kita harus memikirkan kalau misalnya kita terpapar Covid-19, tapi kita tidak melakukan prosedur dan tata laksana yang benar, itu dapat membahayakan orang lain,” harapnya.

Stigma negatif yang kadung melekat pada pasien Covid-19, orang yang sembuh dari Covid-19, maupun pada petugas kesehatan yang kesehariannya berhubungan dengan para pasien Covid-19, harap disingkirkan.

“Gak usah terlalu takut, terbukti kok, kalau kita melakukan protokol yang baik tidak akan ketularan, misalnya saja saya. Saya setiap hari bertemu pasien Covid-19, tapi selama saya menaati protokol kesehatan yang benar saya tidak tertular. Mari mulai peduli dengan orang lain, kalau ada pasien Covid yang lagi isolasi mandiri di rumah, bantu kasih sembako, habis itu langsung cuci tangan, kan gak ada masalah, gak ketemu langsung juga,” tutur Reynaldo.

Jangan Takut Tes Covid

Jika Anda masih takut untuk tes Covid atau tak mau terbuka dengan keadaan karena terbayang-bayag akan stigma, nah ada tiga tips dari Reynaldo yang bisa Anda aplikasikan selama masa pandemi.

Pertama, mengubah stigma dan jangan takut tes.

Dengan melakukan tes, Anda bisa mengetahui hasilnya dan bisa segera mendapatkan tata laksana yang terbaik. Dengan demikian, lebih besar peluang untuk bisa sembuh.

Kedua, jika Anda takut tes, padahal gejalanya mengarah ke gejala Covid, dapat membahayakan orang lain. Jadi kita harus start to care dengan orang-orang di sekitar kita. "Dengan tidak melakukan tes, itu sama saja kita egois karena bisa berpotensi membahayakan nyawa orang-orang di sekitar kita". tegas Reynaldo.

Ketiga, percaya pada dokter.

“Kita tidak menegakkan diagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan satu biji saja, membuat diagnosis ini sekarang susah, peraturan dari pemerintah juga ribet, jadi percayalah justru sebenarnya kami (petugas kesehatan) itu, sebisa mungkin menghindari semoga ini (diagnosis) mudah-mudahan bukan covid, karena rumah sakit pada penuh semua," papar Reynaldo.

Nah, masih takut sama tes Covid?

Selengkapnya, Anda bisa mendengarakannya di podcast "Life in the Time of Corona" di KBRPrime.id 

Redaksi KBR mengajak anda untuk bersama melawan virus covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni: Memakai masker, Menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun

  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #hindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!