RAGAM

Waktu Indonesia Sehat: Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)

"Dampak dari penurunan cakupan imunisasi berakibat meningkatnya jumlah kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan KLB seperti campak, rubela dan difteri di beberapa wilayah."

Paul M Nuh

Waktu Indonesia Sehat: Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
Waktu Indonesia Sehat: Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)

KBR, Jakarta - Pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) adalah upaya Kementerian Kesehatan menutup kesejangan imunitas kesehatan di masyarakat dampak dari pandemi COVID-19. Sayangnya, pandemi COVID-19 juga membuat cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi dan anak turun drastis sehingga terjadi kesenjangan imunitas.

Dampak dari penurunan cakupan imunisasi dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), dan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I seperti campak, rubela dan difteri di beberapa wilayah.

Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K) - Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menjelaskan, BIAN atau Bulan Imunisasi Anak Nasional merupakan bulan yang disiapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk memberikan imunisasi kepada anak secara bersama-sama.

Prof. Sri Rezeki melanjutkan, program imunisasi pada anak sebetulnya sudah dimulai jauh-jauh hari, sejak tahun 1997, dan itu sudah berlangsung sangat baik, dari mulai bayi sampai anak usia sekolah dasar. Karena adanya pandemi Covid-19, maka selama kurun waktu 2019-2022 program ini tidak berjalan dengan baik. Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi dengan semestinya. Banyak anak-anak yang tertinggal imunisasinya.

Tanpa imunisasi menurut Prof. Sri Rezeki banyak penyakit mudah menular. Tanpa imunisasi, tanpa imunitas yang tinggi penyakit ini mudah menyerang. Jika tidak dicegah dengan imunisasi maka akan terjadi KLB. Anak kena campak masuk sekolah, satu kelas bisa tertular campak. Campak itu kelihatannya ringan, padahal komplikasinya berat, bisa menyebabkan kematian. Misalnya komplikasi ke paru-paru atau otak.

Dalam BIAN ini ada 2 penyakit yang menjadi perhatian, difteri dan campak. Difteri ada dalam imunisasi DPT, sementara campak ada dalam imunisasi Campak-Rubela. Maka 2 vaksin ini yang akan dikejar dalam program BIAN.

Program BIAN terbagi 2 jelas Prof. Sri Rezeki. Pertama mengejar keterlambatan imunisasi. Setiap anak yang imunisasinya terlambat dipersilahkan mendaftar ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang menyediakan program imunisasi, misalnya posyandu, puskesmas, prakter dokter, dan lain-lain. Bawa ke sana dan perlihatkan catatan imunisasinya. Di situ akan ditangani sesuai catatan imunisasinya.

Program BIAN berikutnya adalah Campak-Rubela. Program BIAN untuk Campak-Rubela tidak sama cakupannya, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Oleh karenanya untuk Campak-Rubela ini pelaksanaannya dibagi 2 tahap. Untuk tahap pertama yang sudah dimulai di Bulan Mei cakupannya dimulai yang kasusnya paling rendah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau didahulukan untuk anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun. Untuk daerah lain di luar Jawa selain provinsi-provinsi tadi cakupannya usia 9 sampai 12 tahun.

Tahapan kedua di Pulau Jawa dimulai Bulan Agustus ini. Di Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta terhitung cakupannya sudah sangat baik, sehingga tidak diadakan program BIAN. Selain itu Bali juga tidak diberikan program BIAN karena cakupannya sudah baik.

Selengkapnya percakapan KBR dengan Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K) bisa Anda ikuti di KBR Prime, Spotify dan Youtube Berita KBR.

Baca juga: Imunisasi Anak di Makassar Baru 25 Persen, Pemkot Genjot Lewat Bulan Imunisasi - kbr.id

  • nativead
  • imunisasi
  • bian
  • campak
  • rubela
  • klb
  • pandemi covid-19
  • bulan imunisasi anak nasional

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!