BERITA

PPKM Darurat, Pertaruhan pada Pertumbuhan Ekonomi Nasional

""Skenario yang berat dimana kita harus menurunkan mobilitas hingga 50 persen dan lamanya sampai bulan Agustus dan normalisasi baru terjadi, kita bisa turun pada pertumbuhan 4 sampai 4,6 persen.""

Astri Septiani, Resky Novianto

PPKM Darurat, Pertaruhan pada Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan IHSG di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (25/6/2021). (Foto: ANTARA/Reno Esnir)

KBR, Jakarta - Pemerintah kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Target dan proyeksi yang semula dipasang tinggi, diturunkan karena kondisi pandemi di tanah air yang memburuk.

Disiplin PPKM darurat, dinilai jadi kunci supaya keadaan pandemi segera membaik dan aktivitas perekonomian bisa kembali berjalan.

Dalam koreksi terakhir, pemerintah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 akan berkisar 3,7 persen hingga 4,5 persen. Ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang di kisaran 4,5 persen-5,3 persen.

Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto menyebut, prediksi itu telah dipertimbangkan dengan melihat berbagai situasi pembatasan aktifitas seperti PPKM Darurat Jawa Bali dan PPKM Mikro Luar Jawa Bali, guna menekan laju penularan Covid-19.

"Kita masih optimistis di kuartal II ini, pertumbuhan 7 persen masih bisa dicapai. Sehingga secara agregat nanti di semester I di level 3,3 persen. Sampai akhir tahun kita lihat proyeksinya secara konservatif sekitar 3,7 persen dan bisa sampai 4,5 persen. Itu yang akan kita jaga di outlook semester II ini," ucap Airlangga dalam konferensi pers virtual, Rabu (7/7/2021).

Airlangga menambahkan pemerintah akan merevisi pertumbuhan ekonomi, tergantung seberapa jauh virus korona varian Delta bisa tertangani secara baik. Terutama, kata dia, pemerintah menitikberatkan fokus penanganan yang terjadi di Jawa, lantaran kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 60 persen.

Kredit tidak optimistis

Optimisme juga turun di sektor keuangan kredit. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut turunnya optimisme pertumbuhan kredit disebabkan pemberlakuan PPKM Darurat.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memproyeksikan pertumbuhan kredit sepanjang 2021 di kisaran 6 persen plus minus satu.

"Proyeksi tentunya tidak seoptimis sebelumnya. Kredit di 2021 tadinya kita memprediksi tumbuh sekitar 7 persen. Dengan adanya PPKM darurat ini, proyeksi kredit sekitar 6 persen plus minus satu dan ini sudah dikonfirm di Rencana Bisnis Bank 2021," kata Wimboh dalam diskusi daring, Selasa (6/7/2021).

Wimboh menambahkan setelah PPKM darurat, pemerintah mesti menerapkan skenario usaha yang ekstra untuk membangkitkan ekonomi. Dengan kenaikan mobilitas, apalagi jika turis global meningkat maka diharapkan berdampak kepada pertumbuhan kredit.

Badan Anggaran DPR juga mengaku pesimistis pemerintah dapat mengejar target pertumbuhan PDB sebesar 5 persen di 2022, jika pertumbuhan PDB tahun ini di bawah 3 persen.

Wakil Ketua Badan Anggaran DPR, Muhidin Mohamad Said beralasan, kondisi pandemi yang kembali melonjak, berpengaruh pada upaya pemulihan ekonomi nasional.

"Semoga saja lonjakan kasus ini tidak mengganggu agenda program pemulihan ekonomi nasional yang dijalankan oleh pemerintah. Sehingga membantu pemulihan ekonomi nasional pada tahun ini. Kita harapkan bisa tumbuh minimal 4 persen. Sebab pemerintah akan sangat sulit mengejar pertumbuhan PDB tahun depan minimal 5 persen bila pertumbuhan PDB kita tahun ini di bawah 3 persen," kata Muhidin dalam Rapat.

Muhidin berharap pendapatan negara di 2022 tumbuh lebih baik, meski penerimaan perpajakan masih melanjutkan berbagai subsidi fiskal hingga 2022, lantaran menopang program pemulihan ekonomi nasional selama 3 tahun anggaran.

Banggar DPR juga berharap belanja pemerintah di 2022 lebih tepat sasaran bagi pemulihan ekonomi nasional.

Bergantung kedisiplinan

Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung kepada kedisplinan pelaksanaan PPKM darurat. Ia menyebut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Intuk triwulan dua dan tiga, tergantung PPKM darurat seberapa dalam mobilitas harus diturunkan untuk mencegah penularan dan seberapa lama. Dan ini tergantung kepada disiplin kita semua. Dalam skenario yang relatif optimis untuk kuartal kedua kita optimis pertumbuhan kita bisa di atas 7 persen. Skenario yang berat dimana kita harus melakukan penurunan mobilitas hingga sampai 50 persen dan lamanya sampai bulan Agustus dan normalisasi baru terjadi kita bisa turun pada pertumbuhan 4 sampai 4,6 persen di kuartal 3 dan 4."

"Kalau skenarionya moderat di mana kita bisa menyelesaikan dan menjaga pemulihan dari mobilitas ini di mana penyebaran covid bisa terkendali sampai dengan akhir Juli dan kemudian Agustus bisa normal kembali maka kita berharap pertumbuhan di kuartal III bertahan di atas 5 persen dan menguat kembali di kuartal ke empat," kata Sri Mulyani saat diskusi daring (7/7/21).

Sri Mulyani juga mengungkapkan dengan skenario tersebut pemerintah masih optimistis pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia berada di kisaran 3,7 persen sampai 4,5 persen.

Ia juga meyakinkan, pemerintah bakal terus berupaya memulihkan perekonomian Indonesia dengan memaksimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

"APBN dari pemerintah butuh respon. Signaling kalau ada yang melonjak misalnya seperti sekarang, fasilitas kesehatan mengalami tekanan yang berat dan pengetatan mobilitas. Maka APBN harus melakukan akselerasi, menambah bansos dan memberikan insentif yang harus dilakukan," pungkasnya.

Editor: Agus Luqman

  • pemulihan ekonomi
  • Covid-19
  • pandemi
  • APBN
  • KPCPEN
  • PPKM Darurat
  • ppkm mikro
  • vaksinasi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!