RAGAM

P&G Indonesia Konsisten Tingkatkan Kesejahteraan Sosial Lewat Program “Making a House a Home”

"Program ‘Making a House a Home’ tidak hanya merenovasi rumah atau warung, tapi juga memberikan pelatihan soft-skill seperti literasi finansial dan perencanaan keuangan kepada pemilik usaha rumahan."

Maria Katrina

P&G Indonesia Konsisten Tingkatkan Kesejahteraan Sosial Lewat Program “Making a House a Home”

KBR, Jakarta – Sebagai perusahaan FMCG terkemuka yang peduli terhadap kesejahteraan komunitas lokal, Procter & Gamble (P&G) Indonesia bersama mitranya, Habitat for Humanity Indonesia (Habitat) kembali hadir dengan program ‘Making a House a Home’ tahun ke-7, yang juga dilaksanakan di beberapa negara lain tempat P&G beroperasi. Sebelumnya, P&G bersama Habitat for Humanity telah merenovasi 77 bangunan rumah dan warung agar lebih layak huni, mulai dari wilayah Jawa Barat, Jawa Timur hingga Sulawesi Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, program ‘Making a House a Home’ telah berimprovisasi sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas, yakni dengan tidak hanya merenovasi fisik rumah, tetapi juga turut menggerakkan perekonomian lokal dengan memberdayakan pemilik usaha mikro, khususnya perempuan.

Tahun ini, P&G dan Habitat for Humanity Indonesia bergotong-royong merenovasi rumah dan warung milik warga Desa Wanakerta yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Program ‘Making a House a Home’ tidak hanya merenovasi rumah menjadi tempat hunian yang lebih layak, namun juga merevitalisasi warung atu tempat usaha yang menyatu dengan rumah, serta memberikan pelatihan soft-skill seperti literasi finansial dan perencanaan keuangan kepada pemilik usaha rumahan, sehingga mereka dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terutama pada masa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Pada kesempatan yang sama, kegiatan ini juga melibatkan sekitar 30 karyawan P&G Indonesia yang berpartisipasi sebagai relawan. Mereka turut serta membantu proses renovasi rumah dan tempat usaha warga Desa Wanakerta, Karawang. Di samping itu, pihak P&G Indonesia juga menyerahkan dukungan berupa produk-produk P&G yang dapat digunakan kembali oleh para pemilik warung untuk mendukung usaha mereka.

“Kami menyadari bahwa bangunan yang layak huni adalah salah satu faktor penentu tingkat kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat, terutama pasca pandemi Covid-19. Selain persoalan tempat hunian, kami juga menyadari masih banyak pemilik usaha mikro yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, sebagai wujud konkret dan konsistensi P&G sebagai ‘Force for Growth and Force for Good’, kami bekerja bersama Habitat for Humanity Indonesia dan komunitas lokal untuk kembali mengadakan program ‘Making a House a Home’ tahun ke-7,” ucap Saranathan Ramaswamy, Presiden Direktur P&G Indonesia.

Seperti yang telah diketahui bersama, rumah tidak layak huni (RTLH) adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan hunian yang nyaman dan aman serta tidak menyehatkan dan/atau justru membahayakan penghuninya. Begitu juga halnya dengan warung yang dianggap tidak layak huni beroperasi dengan ciri-ciri tidak memiliki pondasi permanen (hanya menggunakan kayu lapis), kurang mendapatkan pencahayaan alami, sirkulasi udara tidak baik, tidak tersuplai air bersih yang memenuhi standar kesehatan dan sanitasi buruk. Kondisi inilah yang menjadikan dukungan dan program seperti ‘Making a House a Home’ semakin penting untuk diselenggarakan.

Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga berdampak besar bagi perekonomian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2021, ditemukan bahwa sekitar 87,5 persen UMKM mengalami penurunan pendapatan akibat dampak pandemi Covid-19. Di samping itu, masih buruknya kondisi tempat usaha serta rendahnya literasi finansial juga menjadi hambatan tumbuhnya usaha mikro seperti warung yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi lokal di Desa Wanakerta, Karawang, Jawa Barat.

Seperti halnya di area pedesaan lainnya, banyak perempuan di Desa Wanakerta menghabiskan sebagian besar waktunya di warung karena warung melekat pada rumah mereka. Dalam jangka panjang, warung dan rumah yang aman dan layak juga dapat memengaruhi kualitas kehidupan, kesehatan mental, mengurangi kekerasan rumah tangga, dan berbagai dampak positif lainnya.

Berkaca pada situasi tersebut, P&G bersama Habitat for Humanity Indonesia bergerak untuk meninjau dan melakukan proses seleksi melalui delapan langkah pendekatan partisipasi komunitas, mulai dari survei, sosialisasi, pembentukan panitia & program, pemilihan keluarga, respon masyarakat, verifikasi, persetujuan kedua belah pihak, hingga implementasi revitalisasi. Alhasil, terpilih enam penerima manfaat pemilik usaha mikro di Desa Wanakerta, Karawang.

“Kami sangat antusias sekali, karena di tahun ke-7 bermitra bersama P&G Indonesia, kami kembali mendapat dukungan penuh dan bergotong royong dalam merenovasi rumah dan warung milik komunitas lokal, khususnya kali ini di Desa Wanakerta, Karawang. Hal ini kami lakukan bersama karena misi Habitat for Humanity Indonesia sejalan dengan komitmen P&G dalam membangun masa depan keluarga Indonesia yang lebih baik,” ujar Rudi Nadapdap Senior Operations Manager Habitat for Humanity Indonesia.

Ada beberapa kriteria dari penerima manfaat dalam program P&G ‘Making a House a Home’. Pertama, penerima manfaat bekerja sebagai buruh tani dan buruh pabrik yang memiliki penghasilan di bawah Rp50.000 per hari. Kedua, mereka memiliki tanah/bangunan sendiri, namun kondisi bangunannya tergolong tidak layak huni. Ketiga, pemilik usaha adalah perempuan dengan modal usaha yang masih di bawah Rp50.000.000.

“Kami mewakili warga Desa Wanakerta, Karawang mengucapkan terima kasih atas terlaksanakannya program yang dilakukan oleh P&G bersama Habitat for Humanity Indonesia yang fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal, khususnya pemilik usaha mikro perempuan dan merevitalisasi rumah dan warung yang lebih layak. Kami berharap bantuan ini dapat menjadi awal baru dan semangat bagi para warga desa kami untuk kembali bangkit dan pulih dari pandemi, serta membantu agar perekonomian lokal semakin berputar dan kembali seperti sediakala,” kata Kanta Kurnia Kepala Desa Wanakerta, Karawang, Jawa Barat.

Secara global, P&G dan Habitat for Humanity telah bermitra sejak 2015, dimulai dari program yang dijalankan di sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Kemitraan strategis ini kemudian berkembang menjadi menjadi sebuah kemitraan global dengan Habitat di 18 negara lainnya. Di Indonesia, hingga sampai saat ini, program ‘Making a House a Home’ telah membantu 77 rumah termasuk warung terevitalisasi, dengan melibatkan lebih dari 320 sukarelawan P&G Indonesia yang turut serta merenovasi rumah tersebut di berbagai wilayah, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, dan wilayah lainnya.

Melalui program ini, P&G Indonesia akan terus berinovasi dan berimprovisasi bersama Habitat for Humanity Indonesia untuk memastikan para penerima manfaat akan mendapatkan hunian yang aman dan warung layak serta berbagai kemampuan lainnya yang mereka butuhkan sebagai aset dasar kewirausahaan. Kemitraan ini akan terus berlangsung dan menyasar desa-desa atau daerah terpencil lainnya dengan harapan dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak. Aksi ini juga turut memberdayakan banyak pekerja konstruksi lokal, serta memberikan inspirasi bagi pihak-pihak lain untuk dapat berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan hunian yang aman dan layak, sebagai hal pokok untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia.

Baca juga: Habitat Indonesia Kembali Gelar Charity Golf demi Atasi Masalah Hunian Tidak Layak - kbr.id

  • advertorial
  • rumah
  • kesejahteraan
  • sosial

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!