NUSANTARA

Pesanan Berlimpah, Pengusaha Batik Cirebon Sulit Cari Perajin

"Kota Cirebon, Jawa Barat, satu penghasil batik terbesar di Indonesia kini mengalami krisis perajin batik. Pengusaha batik saat ini pun sulit untuk mendapatkan tenaga terampil pebatik."

Suara Gratia

Pesanan Berlimpah, Pengusaha Batik Cirebon Sulit Cari Perajin
Pengusaha Batik Cirebon

KBR, Cirebon – Kota Cirebon, Jawa Barat, satu penghasil batik terbesar di Indonesia kini mengalami krisis perajin batik. Pengusaha batik saat ini pun sulit untuk mendapatkan tenaga terampil pebatik.

Kondisi ini membuat pengusaha sulit untuk memenuhi kebutuhan batik di tingkat regional, nasional, dan internasional.

Menurut Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Jawa Barat, Komarudin Kudiya, segenap pemangku kepentingan harus segera bertindak untuk melestarikan kekayaan budaya Cirebon ini.

“Karena persoalannya bukan hanya dari segi bisnis saja tetapi juga menyangkut warisan leluhur kita. Untuk menciptakan generai-generasi baru perajin batik, salah satunya adalah dengan pelatihan membatik,” tuturnya, Jumat (12/9) saat ditemui di sentra batik Trusmi Kabupaten Cirebon.

Komar, yang memiliki galeri batik di Bandung, kini mempunyai 300 perajin yang dipekerjakan di rumah produksinya di Sentra Batik Trusmi. Ia mengakui masih kurangan tenaga kerja.

“Dengan jumlah pekerja yang saya miliki sekarang saja masih belum bisa memenuhi kebutuhan batik di negara lain, karena pembuatan batik membutuhkan waktu yang lama. Apalagi, pesanan dari luar negeri itu sering dadakan,” terangnya.

Komar menjelaskan, dalam satu tahun sedikitnya empat agenda kegiatan yang diselenggarakan di luar negeri terkait dengan penggunaan batik. Setiap kegiatan membutuhkan sekitar 1.000 sampai 1.500 potong batik.

“Kita memiliki market yang masih terbuka lebar, bisa saya simpulkan dalam satu tahun tidak mungkin kita tidak mendapatkan pesanan,” katanya.

Menurutnya, yang menjadi kendala adalah sikap anak muda sekarang lebih memilih bekerja di pusat perbelanjaan atau kantoran, daripada menjadi perajin batik. Padahal, dari segi penghasilan, perajin batik juga tidak kalah besar.

“Anak muda sekarang lebih bangga bekerja di kantoran, akibatnya jumlah perajin semakin sedikit, karena tidak terjadi regenerasi. Sehingga angka pertambahan pengusaha batik dengan angka kenaikan tenaga kerja tidak seimbang,” tuturnya.

Oleh karena itu, Komar bekerja sama dengan salah satu LSM di Amerika Serikat memberikan pelatihan membatik kepada anak-anak muda yang ada di Desa Trusmi. Selama kurang lebih 20 hari, mereka diberikan pelatihan secara intensif mulai dari pengetahuan dasar hingga nantinya benar-benar bisa membatik.

Dengan adanya pelatihan ini, Komar berharap bisa muncul generasi baru perajin batik khususnya di sentra batik Cirebon di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Sementara, salah satu peserta pelatihan membatik Indah (14 tahun) mengaku senang bisa mengikuti pelatihan ini.  Walaupun ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan sentra Batik Trusmi, Indah mengaku sama sekali tidak mengetahui mengenai batik. Ia berharap pelatihan ini bisa menjadi “bekal” baginya di kemudian hari.

“Mudah-mudahan kalau sudah lancar membatiknya nanti saya bisa cari uang sendiri buat membantu orang tua. Saya putus sekolah dari kelas 5 SD, karena tidak ada biaya,” tuturnya. (Frans C. Mokalu)

Editor: Anto Sidharta

  • Pengusaha Batik Cirebon

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!