NUSANTARA

Akibat Kebun Sawit, Konflik Gajah vs Manusia Kembali Terjadi

"Hutan yang jadi lintasan gajah dirusak."

Mongabay-Green Radio

Akibat Kebun Sawit, Konflik Gajah vs Manusia Kembali Terjadi
gajah, konservasi, konflik gajah manusia, mongabay

Masteh (50) masih ingat betul kejadian yang baru-baru ini terjadi. Ia dan temannya, Firman (35), tengah berkendara dengan motor menuju ke kebun mereka yang terletak di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. 


Tiba-tiba seekor gajah liar muncul di depan mereka. “Selain menginjak kepala dan tubuh, korban juga diseret sejauh 20 meter,” tutur Munira, warga Blang Rakal yang sekaligus tetangga dekat koban.


Dalam beberapa bulan terakhir, kebun masyarakat di Kecamatan Pintu Rime Gayo dan daerah lainnya di Kabupaten Bener mEriah sering didatangi gajah liar. Laporan berulang kali dibuat tapi belum ditanggapi meski sudah ada korban. 


Sri Wahyuni dari Aceh Green Community Bener Meriah mengatakan, ini bukan konflik gajah dan manusia yang pertama kali terjadi dengan menelan korban. Hutan di Kabupaten Bener Meriah yang berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, seperti Timang Gajah, Pintu Rime Gayo dan beberapa kecamatan lainnya, telah ditebang dan ditanami kelapa sawit. “Daerah tersebut merupakan lintasan gajah yang seharusnya tidak boleh dirusak,” ujarnya.


Demi mengantisipasi masuknya gajah ke kebun warga, sejumlah orang memasang kabel yang dialiri listrik. “Karena lintasannya terhalang, gajah masuk ke kebun masyarakat dan menyerang juga,” tambah Sri Wahyuni. Kalau sudah masuk ke kebun warga, kawanan gajah bisa merusak kebun dan padi masyarakat. 


Kepala Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Saleh Kadri mengatakan, warga telah melakukan berbagai upaya untuk menghalau gajah agar menjauh dari perkebunan dan permukiman. “Kami telah membunyikan petasan, memukul pentungan, dan membunyikan meriam bambu. Meskipun diusir, kawanan gajah itu kembali lagi,” ujarnya.


Resah


Di Kabupaten Aceh Barat, hal serupa pun terjadi. Puluhan hektar kebun warga di Kecamatan Pante Ceureumen dan Kecamatan Meureubo rusak oleh kawanan gajah. Gajah juga melukai tiga warga dan menewaskan satu orang dengan cara menginjaknya. 


“Konflik dengan gajah sangat meresahkan warga. Apapun yang ditanam di kebun, akan dirusak. Kami tidak tahu harus berbuat apa, terlebih sudah ada korban jiwa,” ujar Munadir, warga Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.


Korban tidak hanya dari pihak manusia, tapi juga gajah. Dua ekor gajah jantan liar mati di kawasan hutan Desa Teuping Panah, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat. Saat ditemukan 5 April lalu, gajah jantan tersebut kepalanya terpotong dan gadingnya hilang.


Pola Interaksi 


Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) Wahdi Azmi mengatakan, konflik gajah versus manusia bakal terus terjadi jika perspektif yang dipakai adalah konservasi. “Akibatnya,  penanganan yang dibuat pemerintah atau aktivis lingkungan tidak berkembang karena sulit dimengerti masyarakat,” sebutnya.


Menurut dia, strategi yang paling tepat adalah tidak memisahkan manusia dengan gajah. Misalnya dengan melakukan penyesuaian pola interaksi antara manusia dan gajah melalui pemilihan jenis komoditi tidak disukai gajah.


“Untuk menyelamatkan gajah, warga, dan perkebunan, jangan tangani dengan pola konservasi. Tapi, bagaimana manusia dan gajah dapat hidup di lahan yang sama,” sambung Wahdi.


Masyarat Aceh, secara empiris telah lama mengetahui komoditi pertanian dan perkebunan yang tidak hanya secara klimatologi, agronomi, dan ekonomi terbukti sesuai. Tapi juga, cocok dengan keberadaan gajah liar di sekitarnya. Lada merupakan salah satu komoditi yang sesuai dikembangkan di Aceh dan tidak bermasalah dengan gajah liar. Begitu juga  kopi yang terus dikembangkan yang  tak berisiko tinggi terhadap gangguan gajah.


“Kita berharap, pemerintah daerah peka dan menindaklanjutinya dengan kebijakan yang berpihak pada keharmonisan hubungan antara manusia dan alam sekitarnya. Termasuk gajah,” ucap Wahdi.


Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio



  • gajah
  • konservasi
  • konflik gajah manusia
  • mongabay

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!