BERITA

Arus Balik, Antrean Kendaraan Tasikmalaya-Garut Capai 10 Km

"Antrian dipicu oleh lambatnya laju kendaraan bus yang penuh penumpang karena tidak kuat melalui ruas jalan. "

Arie Nugraha

Arus Balik, Antrean Kendaraan Tasikmalaya-Garut Capai 10 Km
Pemudik menggunakan mobil bak terbuka di Jalur Selatan Lingkar Gentong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (8/7). Foto: Antara

KBR, Bandung - Hari ini, antrean kendaraan di kawasan Gentong Tasikmalaya menuju Malangbong Garut, Jawa Barat mencapai 10 kilometer.  Antrean ini dipicu oleh lambatnya laju kendaraan bus yang penuh penumpang  karena tidak kuat melalui ruas jalan.

Menurut juru bicara Kepolisian Jawa Barat, Yusri Yunus, kepolisian telah melakukan sistem satu arah untuk melancarkan arus kendaraan yang akan kembali dari lokasi mudik dan tempat pariwisata tersebut.

"Jadi CB (cara bertindak) yang kita lakukan adalah melakukan koordinasi dengan Polres Ciamis untuk mengalihkan kendaraan ke Singaparna. Itu cara bertindak sekarang. Terus yang kedua kita akan

lakukan sistem buka tutup one way. Sekarang ini tim pengurai kemacetan kita segera luncurkan ke sana untuk mengurai kemacetan dan akan dipinggirkan pelan - pelan," ujarnya kepada KBR, Sabtu (9/7).

Juru bicara Kepolisian Jawa Barat, Yusri Yunus mengatakan, tim pengurai ini berjumlah 10 orang dari kepolisian setempat yang bertugas untuk mengurai titik kemacetan saat ini. Sementara untuk arus kendaraan dari kawasan Nagreg Kabupaten Bandung yang menuju Tasikmalaya dan Garut akan diberlakukan sistem buka tutup serupa. Hal itu dilakukan, untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan.

Pada hari kedua arus balik Lebaran 2016, beberapa bus yang dipenuhi penumpang tidak mampu mengoptimalkan kecepatannya pada saat melewati tanjakan di kawasan Gentong Tasikmalaya menuju Malangbong Garut, Jawa Barat.

Editor: Sasmito

  • arus balik
  • lebaran 2016
  • kemacetan jalur mudik

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!