KBR, Cilacap– Sejumlah awak angkot dan pengojek yang mangkal di Terminal Karangpucung Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengaku mengalami penurunan penghasilan selama arus mudik Lebaran kali ini. Salah satu pengojek, Rudiyanto mengatakan hal ini disebabkan masuknya bus angkutan Lebaran Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang masuk jalur lokal agen, di daerah asal penumpang.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kata Rudiyanto, seluruh penumpang bus turun di bus terminal. Namun kali ini, Dinas Perhubungan setempat sudah memberikan trayek ke agen-agen bus yang tersebar di jalur-jalur kecil yang mestinya menjadi trayek bus dalam kota atau angkot. Akibatnya, penumpang banyak yang memilih turun langsung ke agen bus yang berdekatan dengan kampung halaman sehingga penghasilan pengojek dan angkot menurun drastis.
Beberapa trayek lokal yang kini dimasuki oleh bus AKAP antara lain, Gandrungmangu, Kedungreja, Sidareja dan Kawunganten.
"Kalau penumpang bus yang jelas ya, karena bus itu tidak satu arah hanya di sini saja, kalau tahun-tahun sebelumnya kan kebanyakan kan turunnya di sini. Baik penumpang Sidareja, Kawunganten itu kan terbatas busnya. Kalau sekarang kebanyakan sudah masuk ke daerah masing-masing, bus yang dari Jakarata atau dari daerah lainnya. Kalau masa Lebaran tahun-tahun yang lalu bisa dikatakan, mendapat besarnya Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu itu mudah saja. Tapi kalau sekarang sangat sulit," katanya, Rabu (07/06/2016).
Rudiyanto menambahkan, organisasi pengojek lokal sebenarnya sudah mengusulkan kepada pengurus terminal dan Dinas Perhubungan setempat agar ada pembatasan masuknya bus AKAP ke jalur kecil. Namun, karena tidak memiliki trayek resmi, usul tersebut diabaikan.
Senada dengan Rudiyanto, pengemudi angkot trayek Cukangleuleus-Sidareja, Badri juga mengeluhkan hal yang sama. Kata dia, penumpang lebih memilih turun di agen terdekat dengan kampung dibanding turun di terminal. Alhasil, penghasilannya juga menurun.
Badri meminta agar Dinas Perhubungan mengevaluasi trayek bus AKAP yang masuk ke jalur lokal. Sebab, hal ini mengancam armada bus angkutan lokal dan angkot.
Editor: Dimas Rizky