NUSANTARA

Perkawinan Buatan untuk Selamatkan Populasi Banteng Jawa

"KBR68H, Situbondo -Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur melakukan program konservasi dan perkawinan buatan semi alami terhadap Banteng Jawa."

Hermawan

Perkawinan Buatan untuk Selamatkan Populasi Banteng Jawa
banteng jawa, populasi, perkawinan buatan

KBR68H, Situbondo -Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur melakukan program konservasi dan perkawinan buatan semi alami terhadap Banteng Jawa. Kepala Taman Nasional Baluran Emi Endah mengatakan perkawinan buatan tersebut untuk memulihkan populasi banteng yang hampir punah. Berkurangnya populasi banteng disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya semakin maraknya perburuan liar oleh masyarakat, menyempitnya habitat, dan terdesaknya populasi banteng oleh sapi liar di Taman Nasional Baluran.

“Selalu bahasanya ada ribuan, lebih dari seribu. Yang jelas dia (sapi-red) jumlahnya banyak, yang dimakan sama, tempat yang dituju sama yang sedikit kalah. Dia walaupun lebih kuat, kalau jumlahnya sedikit diakan masih menyingkir. Artinya mungkin ada sumber air yang sedikit jadi rebutan dan segala macam. Jadi saya khawatir itu salah satu kendala yang menyebabkan populasi yang sedikit ini tidak bisa ketemu untuk kawin, satunya di sana satunya lagi dipantai gitu,” kata Emi Endah.

Kepala Taman Nasional Baluran Emi Endah menambahkan, populasi banteng pada tahun 1970-an mencapai 200-an ekor. Namun pada 2012 lalu tercatat hanya tersisa 26 ekor.

Sementara itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Noviyanto Bambang mengatakan, banteng merupakan salah satu spesies yang populasinya harus ditingkatkan. Menurutnya program konservasi banteng ini akan dijadikan percontohan nasional karena belum dilakukan di taman nasional lainnya.

Editor: Doddy Rosadi

  • banteng jawa
  • populasi
  • perkawinan buatan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!