BERITA

Indikator Penilaian Ditambah, Kabupaten/Kota di Kaltim Terancam Gagal Raih Adipura

"Pemerintah Pusat menambahkan dua indikator baru dalam penilaian Adipura yakni penanganan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta pengelolaan pertambangan di daerah."

Teddy Rumengan

Indikator Penilaian Ditambah, Kabupaten/Kota di Kaltim Terancam Gagal Raih Adipura
Kebakaran lahan dan hutan di Riau. Foto: setkab.

KBR, Balikpapan – Sejumlah kota dan kabupaten di Kalimantan Timur terancam gagal meraih Piala Adipura tahun ini. Pasalnya, Pemerintah Pusat menambahkan dua indikator baru dalam penilaian yakni penanganan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta pengelolaan pertambangan di daerah.

“Untuk yang meraih Adipura terjadinya kebakaran hutan di wilayahnya akan mengakibatkan terjadi evaluasi yang cukup. Kemungkinan besar akan drop tidak akan bisa lagi ada harapan untuk dapat Adipura. Begitu pun pertambangannya. Jadi isu-isu dua ini yang lagi gencar di angkat untuk penambahan terhadap indikator penilaian,” kata Kepala Bidang Pertamanan Penajam Paser Utara Safruddin Lamato, Senin (11/04).


Ia juga mengatakan, di Penajam Paser Utara (PPU), kasus kebakaran hutan dan lahan pada 2015 cukup tinggi yaitu mencapai 30 kasus.


Sebagian wilayah di Kalimantan Timur merupakan hutan, namun jumlah kasus kebakaran setiap tahunnya tinggi. Utamanya ketika kemarau panjang. Selain itu, Kalimantan Timur merupakan daerah tambang batubara dan migas yang pengelolaannya masih buruk.


Di Kalimantan Timur ada daerah yang beberapa kali meraih Adipura, di antaranya Kota Balikpapan dan Bontang. Sementara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) meraih Piala Adipura tahun 2014 lalu, sedangkan tahun lalu gagal.


Editor: Quinawaty Pasaribu

  • Piala Adipura
  • kalimantan timur
  • balikpapan
  • bontang
  • penajam paser utara
  • kebakaran lahan dan hutan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!