NUSANTARA

Eks Napiter Ngaji Toleransi Bareng Gus Baha

""Ceramah beliau sangat menginspirasi, kita tidak boleh membatasi rahmat Allah dan menganggap kebenaran hanya dari kelompok kita...""

Musyafa

Eks napiter ngaji toleransi bareng Gus Baha
Eks napi kasus teroris mengaji di Pondok Pesantren Gus Baha, di Rembang, Jawa Tengah, Rabu, 16 Maret 2022. Foto: KBR/Musyafa

KBR, Rembang– Puluhan orang eks narapidana terorisme (napiter) mengunjungi pondok pesantren (ponpes) yang dikelola Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu, 16 Maret 2022. 

Sekira 90-an orang itu tiba di ponpes dengan menggunakan dua bus. Mereka antara lain berasal dari Jawa Timur, Poso, Medan, dan Aceh.

Para eks napiter tersebut mengikuti kegiatan Ngaji Bareng Gus Baha, bertajuk "Hijrah untuk Negeri" yang digelar Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Dalam kesempatan itu, Gus Baha lebih banyak menyampaikan ceramah tentang menghargai perbedaan, sehingga muncul sikap toleransi.

Ia mengisahkan, pada zaman Nabi Muhammad SAW terjadi perang, karena ada pihak-pihak yang menghalangi ibadah. Sedangkan saat ini di Indonesia, umat beragama bebas menjalankan ibadah.

"Kalau waktu itu enggak dihalangi, ada toleransi ya enggak ada masalah. Artinya ketika salat, ngaji di Indonesia enggak dihalangi, ya enggak masalah," tutur Gus Baha, Rabu (16/3/2022).

Gus Baha kemudian menyebut pada saat ini bisa saja membenci orang lain yang berbeda keyakinan. Tetapi kata dia, manusia tidak tahu apa rencana Allah ke depan, yang bisa saja lebih baik.

"Walid itu musuh besarnya Nabi (Muhammad), tapi punya anak Khalid (panglima perang kafir Quraisy yang masuk Islam dan menjadi andalan Islam pada zaman Nabi Muhammad," imbuhnya.

Pengakuan Bekas Anggota Jaringan Al Qaida

Salah seorang bekas napiter, Sofyan Tsauri menilai kutipan-kutipan ceramah dari Gus Baha sangat bermanfaat. Menurutnya, banyak napi teroris bertaubat setelah mendengarkan ceramah Gus Baha.

"Ceramah beliau sangat menginspirasi, kita tidak boleh membatasi rahmat Allah dan menganggap kebenaran hanya dari kelompok kita. Hal ini yang dibutuhkan para mantan teroris atau orang-orang ekstrem, hendaknya banyak mendengar kutipan ceramah beliau," pungkasnya.

Sofyan yang pernah terlibat dalam jaringan Al Qaida Asia Tenggara ini mengingatkan masyarakat untuk tidak coba-coba mengikuti paham radikal yang berujung tindak pidana teror. Sebab, sekali terpengaruh, maka akan sulit lepas.

"Akan susah taubatnya, karena akan terus di-bully, diintimidasi, dan tidak mustahil adanya ancaman-ancaman pembunuhan dari kelompok lama," bebernya.

Bekas anggota polisi ini mengakui butuh waktu untuk kembali ke masyarakat, karena cap teroris sulit dihapus. Namun, stigma itu harus dijawab dengan sikap dan perbuatan sehari-hari. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Susah juga, karena untuk membunuh cap teroris itu sulit. Butuh waktu dan kepercayaan dari masyarakat. Makanya kita tunjukkan bahwa kita sudah move on dan steril dari pemikiran-pemikiran radikal," kata Sofyan.

Pendekatan

Sementara itu, Kepala Densus 88 Antiteror, Marthinus Hukom mengaku menggunakan pendekatan lebih lembut, semisal melalui kegiatan ngaji bareng. Ia berharap, kegiatan ini semakin membuka wawasan keagamaan eks napiter, supaya ke depan menciptakan kondisi lebih baik. Selain itu kata dia, penegakan hukum harus berpandangan ke depan.

"Kalau kita melihat ke belakang, ada unsur dendam di situ," kata Marthinus.

Marthinus menceritakan, di Lampung ada 120-an orang yang tidak ditangkap, meski sudah masuk dalam jaringan teroris. Hal itu karena kesadaran mereka sudah muncul.

"Jelas-jelas mereka sudah masuk dalam jaringan. Kita melakukan pembinaan tanpa melakukan penangkapan. Itu karena kesadaran mereka. Kita hadirkan tokoh-tokoh, karena untuk membangkitkan kesadaran, bukan sekali dua kali, tapi berkelanjutan," tandas Marthin


Baca juga:

Editor: Sindu

  • Napiter
  • Gus Baha
  • Eks Napiter
  • Densus 88 antiteror
  • Ngaji Bareng Gus Baha
  • Terorisme

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!