NUSANTARA

Sopir Truk di Gunungkidul Sulit Dapat Solar

"Puluhan truk dan bus mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 4455807 di Jalan Baron-Wonosari, Yogyakarta untuk mendapatkan solar bersubsidi, Senin (25/3/2013) malam. Namun usaha para sopir sia-sia karena solar yang ditunggu tidak datang."

radio star jogja

Sopir Truk di Gunungkidul Sulit Dapat Solar
solar, gunungkidul, yogyakarta, supir truk

Puluhan truk dan bus mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 4455807 di Jalan Baron-Wonosari, Yogyakarta untuk mendapatkan solar bersubsidi, Senin (25/3/2013) malam. Namun usaha para sopir sia-sia karena solar yang ditunggu tidak datang.

Antrean kendaraan yang didominasi truk dan angkutan umum itu sudah terlihat sejak pukul 18.00 WIB. Hingga sekitar pukul 21.30 WIB sebagian besar masih tetap bertahan. Sugiyarto, 36, sopir minibus jurusan Wonosari-Jepitu mengeluh karena kebingungan untuk mendapatkan solar bersubsidi.
Warga Kecamatan Semanu itu mengaku kecewa. Dia sudah berkeliling ke empat SPBU di Wonosari. Namun tidak ada satu pun yang masih menyisakan solar bersubsidi. “Kalau tidak ada solar begini, bagaimana mau kerja,” keluhnya.

Sugiyarto mengatakan, dirinya tidak mungkin membeli solar nonsubsidi karena harganya dua kali lipat, sedangkan tarif angkutan sulit untuk dinaikan.

Manager SPBU setempat Winarno mengatakan, antrean kendaraan hingga beberapa ratus meter itu hanya untuk menunggu solar bersubsidi yang tidak ada kepastian kapan datangnya. Sebab, kata dia, solar bersubsidi di SPBU-nya sudah habis sejak Senin pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

Menurut Winarno, sejak adanya pembatasan solar bersubsidi banyak kendaraan terutama angkutan umum dan truk kesulitan mencari bahan bakar. Winarno menambahkan, bisanya ia dikirim 16 ton solar bersubsidi setiap harinya.

Sumber: star jogja 

  • solar
  • gunungkidul
  • yogyakarta
  • supir truk

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!