BERITA
Bupati Jombang Didesak Tetapkan KLB DBD
"Tercatat sudah 143 orang terjangkit DBD. Dari jumlah itu 8 tewas"
Muji Lestari
KBR, Jombang– Aktivis menyebut penolakan bupati Jombang untuk menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap DBD karena masalah anggaran, tak masuk akal. Aktivis Lingkar Indonesia untuk Keadilan, Aan Anshori mengatakan hampir setiap tahun ratusan warga selalu menjadi korban penyakit tersebut.
Menurut Aan, bupati harus sigap dan cerdas
untuk mengantisipasi wabah demam berdarah yang membludak di awal tahun
ini. Dia juga mendesak kepada bupati Nyono untuk segera menetapkan
status KLB DBD agar tidak jatuh korban lebih banyak.
“Bagaimana
mungkin itu bisa terjadi? Mereka pada dua tahun terakhir ini
menganggarkan Rp 11 miliar hanya untuk memberikan sepeda motor aparat
desa, polisi dan tentara. Mereka juga mampu memberikan Rp 1,5 miliar
hibah kepada polres. Tapi mengapa mereka tidak menganggarkan KLB DB ini?
Apakah ratusan korban DB dalam dua tahun terakhir ini masih kurang
cukup?” kata Aan Anshori, Minggu (30/01/16).
Aan Anshori, menjelaskan, Dinas Kesehatan setempat mencatat pada 2015 lalu ada sekitar 640 kasus dengan angka kematian mencapai 15 orang. Sedangkan diawal tahun ini, tercatat sekitar 143 kasus dengan total angka kematian sebanyak 8 orang. Seluruh korban merupakan anak yang berusia 15 tahun kebawah.
Jumlah korban dan kasus pada awal tahun inipun tidak jauh berbeda dengan
bulan Januari tahun kemarin, yang tercatat sekitar 154 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 7 kasus.
Sebelumnya, Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko, enggan menetapkan
status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap DBD. Dia beralasan, penetapan
status KLB bukan satu-satunya jalan keluar untuk menanggulangi kasus
demam berdarah di wilayahnya.
Menurutnya, status KLB harus membutuhkan anggaran
yang cukup besar, sedangkan saat ini Pemkab belum memiliki cadangan dana
untuk menanggulangi kasus DBD.
Editor: Dimas Rizky
- kesehatan
- DBD
- Kejadian Luar Biasa
- sakit
- jombang
- berita
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!