NASIONAL

Indonesia Ingin Jadi Pusat Industri Busana Muslim Dunia

"Sudah sewajarnya jika kita memiliki visi menjadi pusat fesyen muslim global."

Sadida Hafsyah, Yuli Anisah

Indonesia Ingin Jadi Pusat Industri Busana Muslim Dunia
Ilustrasi: Fesyen bersertifikasi halal di pameran Malang Islamic Movement, Mall Dinoyo City Malang, Jatim, Kamis (21/12/21). (Foto:Antara/Ari Bowo Sucipto)

KBR, Jakarta - Wakil Presiden Maruf Amin berharap Indonesia bisa menjadi pusat industri busana muslim di dunia. Ia menargetkan, Jakarta bisa menjadi ibu kota busana muslim yang banyak mempromosikan produknya hingga menembus pasar global.

"Menyadari peluang dan potensi yang kita miliki sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sudah sewajarnya jika kita memiliki visi menjadi pusat fesyen muslim global. Apalagi populasi Muslim dunia akan terus bertumbuh pada tahun 2030, hingga 26 persen penduduk bumi dan diperkirakan pada tahun 2030, 26 persen penduduk bumi itu beragama Islam," ujar Maruf dalam pembukaan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE)-BSD, Tangerang, Kamis (20/10/2022).

Maruf berharap Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara fesyen lain di dunia.

"Fashion capitals di dunia adalah New York, London, Paris, dan Milan. Saya rasa tidak berlebihan jika kita bercita-cita menjadikan Jakarta dan kota lain di Indonesia sebagai Muslim Fashion Capital dunia," tuturnya.

Dalam upaya memajukan industri busana muslim dunia, pemeritah perlu bekerja bersama dengan pengusaha, desainer, pesohor, termasuk atlet untuk mempromosikan produk fesyen hijab di ajang olahraga internasional.

Baca juga:

"Tentunya kita bangga menggunakan kekayaan bangsa kita sendiri dalam produk-produk fesyen kita. Ayo gunakan fesyen Nusantara yang beragam dari seluruh provinsi, agar kain-kain kita makin mendunia, sekaligus juga akan melindungi kekayaan budaya kita agar tidak punah dan tidak mudah diklaim oleh bangsa lain," ungkap Wapres.

Wapres menyebut industri busana muslim memiliki prospek yang tinggi untuk dikembangkan. Menurutnya, pertumbuhan industri ini sudah meningkat hingga Rp300 triliun.

"Tahun 2016-2017, pengeluaran wanitaMuslim global untuk fesyen mencapai 44 miliar US Dolar. Pada tahun 2024, belanja fesyen konsumen Muslim global, diestimasi akan mencapai 311 miliar US Dolar. Di dalam negeri, industri fesyen muslim juga menunjukkan perkembangan yang membahagiakan. Tahun 2021, industri ini tumbuh 18,2% dengan total konsumsi mencapai Rp300 triliun," ujarnya.

Kata dia, potensi pertumbuhan industri busana muslim tak hanya dilihat dari nilai konsumsinya saja, tetapi juga nilai ekspor.

"Tidak hanya itu, ekspor fesyen muslim juga meningkat signifikan 12,5 persen, mencapai 4,6 miliar US Dolar pada tahun 2021," lanjutnya.

Kiblat Fesyen Muslim Dunia

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kegiatan Jakarta Muslim Fashion Week merupakan salah satu implementasi untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai hari ini hingga 22 Oktober mendatang. Turut menggandeng 144 desainer muda dan menampilkan 1.000 koleksi pameran dengan model yang beraneka ragam.

Baca juga: 5 Desainer Muda Indonesia Pamer Karya di Fenwick London

"Tentunya kegiatan kegiatan Fashion Week ini menjadi salah satu bentuk komitmen kita mendorong brand fesyen muslim dari seluruh Indonesia untuk menembus pasar dunia. Kami optimistis dengan potensi keberagaman budaya, kearifan lokal, serta SDM yang dimiliki Indonesia, Indonesia tidak hanya mampu menginspirasi dunia, tetapi juga dapat menguasai pasar global," kata Zulhas.

Dia mengatakan, daya beli produk model fesyen meningkat 6,1 persen dalam 4 tahun terakhir. Zulhas yakin angka itu akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah konsumen atau populasi.

Editor: Wahyu S.

  • fesyen muslim
  • busana muslim
  • pasar eskpor
  • wakil presiden maruf amin

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!