BERITA

Pilkada DKI 3 Pasangan, Kata Pengamat 1 atau 2 Putaran?

""Jadi kemungkinan besar mereka berdua akan rebutan suara sehingga akan mempermudah Ahok mendapatkan 50 persen plus satu lebih awal," "

Yudi Rachman

Pilkada DKI 3 Pasangan, Kata Pengamat 1 atau 2 Putaran?
Ahok-Djarot, calon gubernur yang didukung PDI Perjuangan. (Foto: Antara)



KBR, Jakarta- Pilkada DKI Jakarta diprediksi akan berlangsung dua putaran apabila mengacu pada tiga pasang calon yang diusung. Menurut Pengamat Politik Hendri Satrio, tiga pasang calon yang diusung itu merupakan simbol tiga episentrum kekuasaan. Hendri merujuk pada   episentrum Teuku Umar, Hambalang dan Cikeas.

Kata dia, dari tiga pasang calon itu yang perlu diwaspadai adalah pasangan Anis Baswedan danSandiaga Uno dan Agus Harimurti dan Slyviana Murni. Kata dia, kedua pasangan itu bukan pasangan petahana dan akan saling memecah perolehan suara.

"Dengan tiga pasang calon ini kemungkinan dua putaran. Yang saya khawatirkan Anis dan Agus ini kan sama-sama maju sebagai orang non petahana. Jadi kemungkinan besar mereka berdua akan rebutan suara sehingga akan mempermudah Ahok mendapatkan 50 persen plus satu lebih awal," jelas Hendri Satrio kepada KBR, Jumat (23/9/2016)

Hendri menambahkan, pencalonan Agus Yudhoyono dengan Birokrat Slyvia Murni juga bisa menjadi kuda hitam. Kata dia, dengan usia yang muda dan pengalaman birokrasi Slyviana Murni, pasangan ini menjadi lawan kuat Ahok.

"Kalau koalisi di belakang Agus-Slyvia Murni kuat ini jadi menarik, bisa jadi Agus jadi kuda hitam yang mengalahkan petahana. Sylvia dikenal birokrat dan dekat dengan guru-guru. Karena dia pernah menjabat di dinas pendidikan dasar. Dia juga betawi dan perempuan satu-satunya di kandidat pasangan calon pemimpin DKI Jakarta," ujarnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • pilkada jakarta
  • Pengamat Politik Hendri Satrio

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!