BERITA

ICW: Tes Wawancara, Pansel KPK Diskriminatif pada Calon

"Ada beberapa hal yang luput dari perhatian Panitia Seleksi (Pansel) KPK. Misalnya dalam penelusuran mendalam hasil temuan-temuan masyarakat terkait harta kekayaan para calon. "

Aika Renata

ICW: Tes Wawancara, Pansel KPK Diskriminatif pada Calon
Suasana tes wawancara oleh Panitia Seleksi terhadap Johan Budi, salah satu calon pimpinan KPK, Selasa (25/8). (Foto: Periscope @Aktivisual)

KBR, Jakarta - Lembaga anti-korupsi, Indonesia Corruption Watch (ICW) menyoroti adanya diskriminasi antara capim KPK, dalam tes wawancara terbuka pada Senin, (24/8).

Aktivis ICW Tama S. Langkun yang ikut memantau tes wawancara terbuka itu melihat, ada beberapa hal yang luput dari perhatian Panitia Seleksi (Pansel) KPK. Misalnya dalam penelusuran mendalam hasil temuan-temuan masyarakat terkait harta kekayaan para calon.


"Ada perbedaan kualitas pertanyaan atau bahkan misalnya waktu wawancara yang diberikan. Ketika Agus Raharjo yang dari LKPP itu dikejar terus sampai kenapa punya tanah seluas ini dengan penghasilan yang hanya PNS. Ini kan yang sebenarnya publik perlu tahu. Tapi kenapa tidak kepada semua calon? Dari kepolisian, Ibu Basaria (Panjaitan) misalnya, ruangnya besar sekali (untuk didalami). Sedangkan yang lain baru melanjutkan jawaban sudah dipotong diganti pertanyaan lain," kata Tama S Langkun.


Selama tiga hari sejak Senin (24/8), Pansel Capim KPK melakukan tes tahap akhir terhadap 19 nama calon yang tersisa. Tes akhir berupa wawancara yang terbuka untuk umum, di gelar di Kantor Sekretariat Negara dan dilakukan secara simultan.

Sejumlah calon menjalani tes wawancara lebih dulu, sedangkan calon yang belum mendapat giliran mengikuti tes kesehatan lebih dulu. Dalam tes wawancara itu, Pansel KPK menanyakan sejumlah hal terhadap calon mulai dari harta kekayaan hingga soal gagasan calon jika terpilih sebagai pimpinan KPK.

Editor: Agus Luqman 

  • Pansel KPK
  • calon pimpinan KPK
  • ICW
  • korupsi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!