BERITA

Pesantren Menangkis ISIS

"“Islam mengajarkan ada 5 yang perlu dijaga dalam diri kita,” kata KH Thontowi Musaddad, pimpinan Pondok Pesantren Al Musaddadiyah Garut, “Agama, keturunan, kesehatan jiwa, kesehatan fisik, harga diri."

Rio Tuasikal

Pesantren Menangkis ISIS
pesantren menangkis isis, menangkis isis, pondok pesantren, Pondok Pesantren Al Musaddadiyah Garut.

KBR, Garut - “Islam mengajarkan ada 5 yang perlu dijaga dalam diri kita,” kata KH Thontowi Musaddad, pimpinan Pondok Pesantren Al Musaddadiyah Garut, “Agama, keturunan, kesehatan jiwa, kesehatan fisik, harga diri.”

“Lah kalau kita merusak fisik orang?” sindir Thontowi pada ISIS, negara Islam Irak dan Suriah.

Dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR dan TV Tempo, Thontowi menceritakan pesantrennya membentengi santri dari radikalisme. Di sekolahnya, santri diajarkan mendakwakan Islam dengan cara-cara baik. “Ya, kalau mengeluarkan golok sama ancaman fisik itu kan namanya sudah pemaksaan. Itu namanya radikalisme.”

Negara Islam Irak dan Suriah terus meluaskan jangkauannya. Terbaru, mereka memenggal kepala seorang jurnalis Amerika Serikat, dan mengunggah adegan eksekusinya ke internet. Mereka berdalih gerakannya untuk mendirikan negara yang menerapkan syariat Islam secara total. Mereka menenteng senjata sambil sesekali meneriakkan nama Tuhan.

Sementara Thontowi melihat penerapan syariat Islam berikut pendirian negara Islam tidaklah wajib. Thontowi menjelaskan penerapan hukum syariat ada 3 jalur: Formalisasi agama, politik, kultural.

Ketika jalur formalisasi syariat tidak mungkin karena Indonesia heterogen, syaratnya tidak terpenuhi, sehingga formalisasi bisa diabaikan. Sementara dalam jalur politik, partai Islam belum pernah menang Pemilu. Akhirnya tinggal jalur kultural.

Yang ketiga, syariat Islam jalur kultural yang dikembangkan NU, Muhammadiyah, Persis & lainnya. Lewat berbagai program pendidikan, sosial, dan kesehatan. “Kultural adalah jalur yang diwariskan kepada kita dan kita masih di jalur itu sekarang,” kata Thontowi.

Thontowi menambahkan, “Dalam syariat jalur kultural ini, alhamdulillah, tidak ada hak-hak ummat yang diberangus oleh pemerintah atau negara. Semua dihargai.”

Wakapolres Garut, Irfan Nurmansyah, mengatakan di daerahnya warga mulai menolak ISIS. Di Garut ada deklarasi yang diikuti bupati, tokoh agama, pesantren, LSM, dengan total 400 orang. Kata dia, ada deklarasi penolakan ISIS sampai tingkat Kecamatan.

Irfan Nurmansyah, Wakapolres Garut, mengajak warga terlibat aktif melaporkan pihak yang diduga ISIS.

“Apabila menemukan ciri-ciri ISIS, lapor ke Babinkamtibmas di Polsek atau Babinsa. Jangan sungkan,” kata Irfan. “Apapun namanya, kami berkomitmen menjaga NKRI,” tegas Irfan.

Sementara kepolisian bertindak di ranah hukum, pesantren memegang posisi vital dalam memberantas radikalisme. Dimulai di sekolahnya, Thontowi mengajak muslim kembali memaknai Islam sejati: keselamatan. Bukan Islam yang melukai manusia lainnya.

“Nabi Muhammad mewanti-wanti. Hati-hati dengan radikalisme agama, umat terdahulu hancur karenanya,” kata Thontowi.

Dia menjelaskan, dalam Islam ada 99 nama Tuhan. Dua paling ditonjolkan: Ar Rahman Maha Pengasih, Ar Rahim Maha Penyayang. Ini mempertegas posisi Islam sebagai agama ramah.

“Umatnya masak tidak sayang kepada sesama?” tanya Thontowi.

Sayang sesama ini tidak dibatasi agama. Thontowi berkata, “Walaupun non muslim dia tetangga. Semuanya tetangga dan mempunyai hak yang sama.”

Islam bagi Thontowi sangat sederhana. “Tebarkan kasih sayang terhadap sesama, nanti kamu Saya kasih saya. Jadi judulnya adalah rahmat, sayangi sesama,“ ujarnya.


Editor: Fuad Bakhtiar

  • pesantren menangkis isis
  • pondok pesantren
  • Pondok Pesantren Al Musaddadiyah Garut
  • ISIS
  • Toleransi
  • petatoleransi_08Jawa Barat_biru

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!