BERITA

Asosiasi Pedagang Pasar: Kenaikan Permintaan Hanya 10 Persen

"Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan permintaan diantaranya daging sapi dan ayam, bawang, cabai dan minyak goreng."

Sasmito

 Asosiasi Pedagang Pasar: Kenaikan Permintaan Hanya 10 Persen
Pembeli memilih daging sapi pada hari pertama Meugang (meugang kecil) jelang Ramadan 1437 hijriah di pasar tradisional Inpres Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Sabtu (4/6). Foto: Antara

KBR, Jakarta- Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mencatat kenaikan permintaan bahan pangan di pasar tradisional hanya terjadi, pada sehari sebelum dan hari pertama Ramadan.  Itupun menurut Sekretaris Jenderal APPSI, Ngadiran, permintaan bahan pangan hanya meningkat 10-20 persen di berbagai daerah. 


Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan permintaan di antaranya daging sapi dan ayam, bawang, cabai dan minyak goreng. Menurutnya, stok komoditas tersebut masih cukup sehingga tidak perlu dinaikkan oleh distributor.


"Terutama menjelang puasa, yang tidak biasa beli daging dan ayam, bumbu dan bawang pada beli dan meningkat pembeliannya," jelas Ngadiran saat dihubungi KBR, Senin (6//6/2016).


Ngadiran meminta Kementerian Koordinator Perekonomian dengan kementerian terkait menstabilkan harga di level distributor. Sebab, kata dia, pedagang pasar tradisional tidak dapat berbuat banyak jika harga di distributor sudah tinggi.


"Perencanaan mau menstabilkan harga itu harus dibuat jauh hari. Katakanlah tahun ini begini, tahun kemarin begitu, ini kan kegiatan yang rutinitas. Kenapa tidak bisa, kan hal yang aneh," imbuhnya.


Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia mengakui permintaan bahan pangan memang tidak begitu tinggi saat ini. Namun, menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik dari Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO, Anthony Hilman, kenaikan harga pangan saat ini lebih dipengaruhi psikologi pasar yang memasuki Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Karena itu, kata dia, pemerintah perlu melakukan intervensi sehingga harga pangan bisa stabil.


"Bahwa ada permasalahan distribusi logistik memang timbulkan kenaikan harga. Permintaan memang belum terlalu tinggi, tapi angka psikologis ini sudah mulai bermain. Karena itu perlu ada peran pemerintah untuk memperhatikan harga-harga itu. Tapi ini sudah PR tahunan lah," jelas Anthony Hilman.


Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik dari Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO, Anthony Hilman menambahkan lembaganya tidak bisa menuding pihak-pihak mana saja yang bermain di permainan harga di level distributor. Meski demikian, kata dia, pemerintah dan KPPU bisa membongkar pihak-pihak tersebut karena hal tersebut terjadi setiap tahun.


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kerahkan investigator untuk menelusuri kenaikan harga daging ayam, daging sapi dan minyak goreng yang tidak wajar. Di Jambi, harga ayam naik dari Rp30.000/kg menjadi Rp35.000/kg.

Ketua KPPU Syarkawi Rauf menduga kenaikan itu terjadi di level distributor. Sebab, di level produsen, tiga komoditas itu stoknya cukup dan harganya stabil. Bahkan, pabrik minyak goreng telah menurunkan harga sebesar 5,5 persen. Namun harga di tangan konsumen tinggi.


Editor: Rony Sitanggang

  • kenaikan harga pangan
  • Pasar Tradisional
  • Sekretaris Jenderal APPSI
  • Ngadiran

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!