BERITA

Inflasi Mei 0,50 Persen, Tertinggi Lima Tahun Terakhir

"Kelompok bahan makanan menjadi salah satu penyebab inflasi tertinggi."

Ade Irmansyah

Inflasi Mei 0,50 Persen, Tertinggi Lima Tahun Terakhir
Ilustrasi inflasi. Foto: Antara

KBR, Jakarta- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulan Mei 2015 mecapai angka 0,5 persen. Kepala BPS, Suryamin menyebut inflasi tersebut merupakan inflasi terbesar dalam lima tahun terakhir. Kelompok bahan makanan menjadi salah satu penyebab inflasi tertinggi, yakni sebesar 1,39 persen, kemudian kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,5 persen. Selanjutnya kelompok pengeluaran ketiga yakni kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,2 persen. Dan tertinggi keempat, adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,2 persen.

“Pemerintah harus menjaga harga komoditas yang bobotnya besar terus jangan sampai terjadi kenaikan yang tinggi. Utamanya yang pertama adalah beras. Tetapikan kan sekarang beras sedang deflasi, oleh karenanya ini harus dijaga terus. Dan ini harus dilakukan diseluruh wilayah gitu harus bersama-sama mengendalikan inflasi para pemerintah daerah itu. Dengan mengendalikan harga beras, kemudian minyak goreng, kemudian ayam dan telur ayam, bawang dan lain sebagainya,” ujarnya kepada wartawan di kantor BPS (1/6/2015).


Kepala BPS, Suryamin menambahkan berdasarkan pantauan BPS, 81 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi, dan satu kota IHK mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 2,24 persen, dan terendah terjadi di Singkawang sebesar 0,03 persen.

Sebelumnya, Maret dan April lalu terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,17 persen dan 0,36 persen. Sementara, pada Januari dan Februari terjadi deflasi masing-masing 0,24 persen dan 0,36 persen.

Editor: Dimas Rizky

  • Inflasi
  • BPS
  • Mei
  • komoditas
  • pangan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!