BERITA

Hari Terakhir WEF, Belum Ada Investor Masuk

" Menteri Koordinator dan Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, hingga saat ini belum ada satupun perusahaan-perusahaan ingin berinvestasi di Indonesia. "

Wiwik Ermawati

Hari Terakhir WEF, Belum Ada Investor Masuk
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama Menteri Perdagangan Rahmat Gobel (kedua kanan), Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir (kedua kiri), Senior Director and

KBR, Jakarta - Kementrian Koordinator Perekonomian belum dapat memastikan terselenggaranya World Economic Forum atau Forum Ekonomi Dunia (WEF) bakal menggaet banyak investor ke Indonesia. Menteri Koordinator dan Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, hingga saat ini belum ada satupun perusahaan-perusahaan ingin berinvestasi di Indonesia.

“Tapi komitmen yang real seperti itu belum ada, karena memang mereka datang itu bukan mau investasi, tapi mereka yang sedang melakukan investasi di sini juga hadir. Kalau yang lain-lain seperti Unilever juga ada," kata Sofyan di Jakarta, Selasa (21/4/2015).


Meski begitu, pihaknya mengklaim ada beberapa perusahaan yang tertarik dengan berbagai proyek infrastruktur seperti transportasi dan listrik untuk berinvestasi 2-3 tahun mendatang.


“Tapi kalau yang lain-lain itu lebih melihat kesempatan. Jadi forum-forum ini bukan misi dagang, kalau misi dagang ada sudah sesuatu yang ditarget,” tambahnya.


Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, banyak investor asing yang berminat bekerja sama dengan BUMN untuk membangun infrastruktur di Indonesia. Salah satunya adalah proyek pembangkit listrik 35 ribu Mega Watt. Kata dia, investor asing yang berminat tersebut antara lain berasal dari Amerika Serikat, India, dan Tiongkok.



Editor: Quinawaty Pasaribu 

  • world economic forum
  • sofyan djalil

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!