NASIONAL

Omicron Ancam Nyawa Balita, Ini Penjelasan Epidemiolog

""Anak yang terinfeksi virus korona memiliki risiko kematian yang didorong oleh Sindrom Multisistem Inflamasi yang bisa menyerang hampir semua organ tubuh.""

Muthia Kusuma

Omicron
Kegiatan vaksinasi untuk anak di Kota Gorontalo, Jumat (25/2/2022). (Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin)

KBR, Jakarta - Virus korona varian Omicron disebut sangat berbahaya bagi anak-anak dan balita, karena bisa mengancam nyawa.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, fenomena denominator merupakan kondisi dimana orang yang terinfeksi COVID-19 berjumlah sangat banyak dan membuat proporsi orang yang sakit di rumah sakit atau meninggal dunia menjadi jauh lebih terlihat dan lebih besar bila tidak cepat dilindungi.

Artinya, bakal banyak anak yang terinfeksi Omicron, terutama anak usia balita dan batita.

"Secara global kematian pada anak akibat Omicron ini meningkat dua kali lipat dibandingkan varian lain. Bahkan termasuk hunian rumah sakit. Ini harus menjadi kewaspadaan semua pihak. Itulah sebabnya, kalau bicara ini, termasuk bapak ibunya disiplin, WFH kalau bisa. Kemudian juga kakak-kakaknya, sekolah online, atau PJJ. Itu penting," kata Dicky saat dihubungi KBR, Kamis, (24/2/2022).

Baca juga:


Dicky Budiman mengatakan kerawanan anak usia balita juga disebabkan karena balita belum bisa diberikan vaksin COVID-19.

Itu diperparah jika orang tua di sekitar balita itu belum mendapat vaksinasi lengkap virus korona, terutama di bawah usia setahun.

Dicky mengatakan anak yang terinfeksi virus korona memiliki risiko kematian yang didorong oleh Sindrom Multisistem Inflamasi yang bisa menyerang hampir semua organ tubuh.

Alumnus Kedokteran Universitas Padjajaran ini menyebut, anatomi saluran pernapasan balita masih belum berkembang sempurna.

Karena itu, jika anak terinfeksi omicron yang menyerang saluran pernapasan atas anak, maka bisa menyumbat saluran napas hingga berakibat sesak napas bahkan kematian.

"Lalu ada faktor lain. Di Indonesia kita tahu, jumlah anak di bawah lima tahun saja sudah ada 15 jutaan. Dari segi jumlah, ini luar biasa ancamannya. Kedua, kita tahu selama pandemi ini program imunisasi ini terkendala. Jangankan setelah pandemi, sebelum pandemi pun jika kita berbicara cakupan imunisasi masih belum tercapai. Ini membuat kondisi tubuh balita semakin rawan. Selain itu masalah gizi, stunting itu masih jadi masalah. Ini membuat kondisi tubuh karena kurang gizi, imunitasnya juga buruk," tambahnya.

Dicky menambahkan, ada juga faktor sanitasi lingkungan yang kurang baik dan kondisi lingkungan kumuh yang dapat memengaruhi kesehatan anak secara umum memburuk.

Karena itul, ancaman pandemi Covid-19 di negara-negara berkembang dinilai lebih rawan karena kondisi umum kesehatannya juga yang masih bermasalah.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan mencatat sejak awal 2022 sudah ada 80 anak yang meninggal saat terinfeksi Covid-19.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • Varian Omicron
  • Balita
  • COVID-19
  • kematian balita

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!