INTERMEZZO

Berkat Adopsi Pohon, Ada 38 Hektar Pohon Baru di Sarongge

"Adopsi pohon Green Radio dan TNGGP memicu munculnya ecowisata baru di Sarongge."

Citra Dyah Prastuti

Berkat Adopsi Pohon, Ada 38 Hektar Pohon Baru di Sarongge
Adopsi pohon, Sarongge, TNGGP, Cianjur, Festival Sarongge

Taman Nasional Gunung Gede kini memiliki 38 hektar pohon baru. Ini adalah hasil dari adopsi pohon, kerjasama Green Radio dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Adopsi pohon ini sejak awal memang dimaksudkan untuk merehabilitasi areal taman nasional yang terlanjur menjadi kebun sayur. Sebagai taman nasional, maka seharusnya areal tersebut dipenuhi aneka ragam tanaman sehingga menjadi hutan primer.

Adopsi pohon


Adopsi pohon dimulai sejak 2009 dan berakhir tahun lalu  ini tak hanya melibatkan Green Radio dengan pengelola TNGPP, tapi juga para pengadopsi pohon dan petani yang semula membuka kebun sayur di sana. Para adopter menyumbang dana untuk program ini, sementara petani lah yang menanam dan merawat program tersebut. Dengan begitu, petani jadi punya alternatif sumber pendapatan dan tak lagi meneruskan bertanam sayur mayur di sana.

Dalam lima tahun ini, ada 38 hektar area yang berhasil ditanami dengan pohon endemic, hasil dari adopsi 758 orang.

Cara lain juga dilakukan untuk mengembangkan ekonomi petani. Enam bulan setelah penanaman pohon adopsi, Green Radio bersama Gapoktan Swargi merumuskan kegiatan alternatif ekonomi yang bisa dilaukkan. Hasilnya, ada yang mendapatkan modal kambing, kelinci, juga memperkenalkan ternak lebah untuk petani Sarongge.

Sayangnya ternak lebah belum berhasil karena tak tahan dengan bau pestisida yang masih dipakai petani. Di daerah yang paling dekat dengan batasan TNGGP ada atap rumah yang kini dijadikan sarang lebah liar – bisa jadi ini pertanda kalau kadar pestisida sudah turun.

Sementara itu petani sayur yang bergabung dengan kelompok kambing mendapakan dana Rp 1 juta per bulan, sementara kelompok kelinci mendapatkan Rp 15 juta per bulan untuk mengembangkan usaha baru mereka. Ada juga Koperasi, dengan 170an anggota, yang dibangun dengan bantuan Green Radio dan Green Initiative Foundation (GIF).

Dari soal pestisida, petani mulai diperkenalkan dengan pertanian organik. Mereka berlatih di Karang Widya, sebuah tempat belajar pertanian organik di Maleber. Baru di situ petani tahu bahwa komoditas pertanian organik ternyata jauh lebih mahal harganya ketimbang sayur mayur yang biasa mereka jual. Kini sayuran Sarongge sudah dikirim secara reguler ke sejumlah restoran dan lebih dari 50 pelanggan individu.

Dari radio sampai camping ground


Kerjasama Green Radio dan Green Initiative Foundation dengan TNGGP tak hanya berhenti di hutan, kebun sayur dan petani. Green Radio membantu pembentukan radio komunitas milik warga Desa Ciputra. Radio itu resmi mengudara sejak 24 Oktober 2009, di gelombang 107.6 FM. Lewat radio tersebut, warga bertukar kabar dan mendengarkan aneka program hiburan dan pendidikan. Staf TNGGP ikut memanfaatkan radio untuk pendidikan lingkungan dan merawat taman nasional.

Selain itu, kerjasama terus berlanjut dalam bentuk camping ground. Tempat berkemah ini terletak di batas perluasan TNGGP. Lokasi ini masuk dalam zona pemanfaatan yang bisa dikembangkan jadi kawasan ekowisata terbatas. Di ketinggian 1560 mdpl dan luas 5.600 m2, camping ground ini berdiri di area bekas kebun sayur warga.

Di sana sudah tersedia berbagai aktivitas ecowisata, seperti perkemahan, adopsi pohon, penelusuran jalur interpretasi, pendidikan konservasi dan ritual bulan purnama ke Alun-alun Surya Kencana.

Di lapangan ini ada 25 tenda. Sarana air bersih untuk masak, mandi dan toilet juga ada. Ada juga rumah pohon, dapur, tempat barbeque serta api unggun untuk meramaikan sekaligus menghangatkan suasana. Tenda yang tersedia bisa untuk 2-3 orang, matras dan sleeping bag serta jas hujan. Jadi kalau mau berkemah dengan enak dan dekat, ya tinggal ke Sarongge saja!

  • Adopsi pohon
  • Sarongge
  • TNGGP
  • Cianjur
  • Festival Sarongge

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!