KBR, Jakarta - Jalan kaki jadi hobi beberapa orang tenar, di antaranya ada musisi juga penulis. Sebut saja, Beethoven, Maxim Gorky serta Albert Camus. Selain bisa memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh, jalan kaki juga mampu memacu kreativitas seseorang.
Tapi apakah cara Anda berjalan sudah benar? Barangkali belum banyak yang tahu ya, bagaimana seharusnya jalan kaki yang benar. Karena selama ini sebagian dari kita berjalan dengan mengikuti kebiasaan sejak kecil. Tak jarang, malah ada pula yang cara berjalannya mirip dengan orangtuanya. Padahal, boleh jadi cara berjalan itu belum tentu benar.
Memang bagaimana sih cara berjalan yang benar?
Menurut Walking Instructor Miracle Walking, Nadia Febriani, berjalan yang benar harus memperhatikan jarak antara kedua kaki; tidak terlalu lebar dan tak terlalu dekat. Melangkah tidak terlalu jauh ke depan, kemudian mendaratkan bagian tumit dulu, lantas telapak kaki direbahkan atau disantaikan ke tanah beberapa saat. Selanjutnya, baru melangkah lagi.
"Lebar kaki kira-kira selebar tulang panggul. Kalau jarak kaki terlalu dekat, lutut akan mengarah ke bentuk O, kalau jarak kaki terlalu lebar, lutut mengarah ke bentuk X. Jalan juga jangan megal-megol, harus lurus,” jelasnya saat ngobrol di Ruang Publik KBR awal Mei 2018.
Miracle Walking, adalah sebuah komunitas yang berikhtiar untuk mengedukasi cara berjalan dengan benar. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan energi, sistem penyembuhan alami tubuh dan memperbaiki bentuk tubuh.
Nadia mengungkapkan, pelatihan oleh Miracle Walking bukan bertujuan untuk membuat orang berjalan sempurna, melainkan berjalan secara alami. Ia menyebutnya dengan istilah RBA-Rahasia Berjalan Alami. Dengan jalan yang benar, menurutnya bentuk tubuh pun akan lebih proporsional. Sebab walaupun hanya sekadar berjalan, otot-otot tubuh yang saling berhubungan akan bekerja.
"Salah otot, atau salah bantal karena ada otot yang missed atau tercekluk, dengan berjalan benar, lebih gampang pemulihannya."
Nah, menurutnya jika cara berjalan tidak benar maka selain ada otot yang tidak terpakai juga akan muncul efek samping
"Semua dimulai dari kaki, lalu menjalar ke atas. Ada efeknya pada otot-otot tertentu kalau berjalan tidak benar, misalnya otot yang ada di pinggul akan bergesekan atau mengalami saraf terjepit. Kalau berjalan ala peragawati pun (berjalan dengan kaki lurus) dalam waktu panjang, bisa ada efek samping di pinggul,” katanya.
Ia juga menceritakan tentang testimoni anggota komunitasnya yang cukup cepat merasakan dampak dari berjalan yang benar atau RBA.
"Dalam satu kali workshop, ada yang testimoni kalau badannya yang bungkuk, dengan RBA, tulang belakangnya mulai agak lurus dalam waktu sekitar dua minggu," paparnya.
Ketua Ketua Komunitas, Astrida Wishnuwardani mengatakan, cara jalan yang benar itu bisa juga dipercepat kalau sudah terbiasa. "Olahraga itu harus balance. Lari boleh, tapi sepedaan juga. Berjalan yang benar, BAB akan lancar, dan tekanan darah menurun/ normal selama dua minggu," ungkapnya.
Baca juga:
Lalu, bagaimana memulainya?
Menurut Nadia, orang dengan banyak kebiasaan buruk dalam berjalan harus menyediakan waktu khusus untuk berlatih. Minimal kata dia, berjalan yang benar 30 menit per hari. Sedangkan bagi mereka yang telah mendapat dampak dari buruknya kebiasaan berjalan, minimal harus menyisihkan waktu sejam per hari.
Ia menyarankan, bila latihan itu dilakukan di rumah maka lebih baik tanpa alas kaki. Sementara jika di luar rumah, boleh pakai alas kaki tetapi dengan alas yang ceper. Kalaupun memakai hak ia menganjurkan maksimal 2 centimeter saja.
Nadia tidak merekomendasikan orang berlatih menggunakan sandal jepit. Kata dia, posisi jari mencengkram saat memakai sandal jepit justru membuat kondisi tidak rileks. Tapi, jangan pula memakai sepatu yang tipis seperti sepatu ballerina sebab akan membuat kaki sakit.
Dampak baik dari berjalan yang benar, juga dirasakan oleh Dokter Bedah Umum, dr. Roys A. Pangayoman. Menurutnya, dengan berjalan yang benar bukan kaki saja yang sehat melainkan juga seluruh tubuh, karena tubuh kita satu sistem. Otot dan kesehatan pun jadi lebih baik.
"Dulu saya pelari, sering treadmill, karena pengen tubuh yang bagus dan sehat. Tapi sekarang, saya perhatikan dengan cuma RBA saja sehari sekali di rumah, sama saja tuh manfaatnya dengan lari, malah perut saya lebih berbentuk dan bagus," ceritanya diselingi tawa.
Berjalan kaki, menurutnya, juga membuat seseorang bahagia. Karena dengan berjalan, tubuh akan terasa segar dan hal ini menimbulkan perasaan senang. Ia juga menambahkan, berjalan sudah termasuk aktivitas fisik dibanding berdiam diri. Dengan berjalan kaki, sirkulasi darah ke jantung jadi lebih baik dan nafas pun lebih lega.
Baca juga:
Namun bagi yang punya penyakit parah, Roys menyarankan untuk tidak memaksakan diri latihan berjalan yang benar.
"Jika sudah ada penyakit atau luka di kaki/ luka diabetes, atau stroke, tak disarankan untuk dilanjutkan latihan berjalan atau jalan yang benar. Sedangkan, kalau Ibu hamil, tak masalah berlatih berjalan yang benar, tapi kalau waktunya sudah dekat melahirkan, berjalannya tak usah terlalu jauh," jelasnya.
Anak-anak, menurutnya, sudah boleh diajarkan cara berjalan yang benar. Malah lebih gampang jika dibandingkan orang yang sudah dewasa. Ia juga mengimbau agar setiap orang berlatih berjalan benar.
"99 persen, cara berjalan seseorang banyak yang salah, karena tak ada yang mengajari," tukasnya.
Bagi Anda yang ingin mengikuti latihan berjalan yang benar dengan panduan instruktur, bisa bergabung dengan Komunitas Miracle Walking. Ketua Komunitas, Astrida Wishnuwardani mengatakan, selain di Jakarta, komunitas yang terbentuk sejak 2016 ini juga hadir di Bandung, Medan, Surabaya, Bali, Makassar, Palembang dan Penang-Malaysia.
"Di Jakarta, ada 7000 anggota, tapi yang aktif latihan sekitar 20-30 orang. Kami latihan dua minggu sekali, mulai pukul 6.45 WIB di lingkar GBK. Kalau mau bergabung silakan langsung datang saja, kami pakai kaos warna ngejreng dengan tulisan Miracle Walking," jelas Astri.
Jika Anda ingin tahu jadwalnya lebih detail, silakan kulik di akun Instagramnya @MiracleWalking.id. Menurut Astri akun itu akan memuat informasi terbaru disertai video dan potongan gambar tentang kegiatan-kegiatan komunitas.
Editor: Nurika Manan