EDITORIAL

Hantu

"Pembuat kurikulum, penulis buku pelajaran sejarah, seperti tak membaca serangkaian penelitian yang sudah terdokumentasi dengan baik bahwa peristiwa Oktober 1965 dilatari dan digerakkan oleh berbagai faktor. Dari mulai lawan politik Presiden Sukarno di dal"

KBR68H

Hantu
The act of killing, partai komunis indonesia, G 30 S PKI, Julian Adrian Pasha

Sampai kapan bangsa ini tidak lagi takut pada ‘hantu’ yang disodorkan Orde Baru? Hantu komunisme yang wujudnya bernama Partai Komunis Indonesia (PKI). Pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, indoktrinasi di kepegawaian, dan produk kebudayaan sepanjang era Orba menempatkan PKI sebagai musuh utama negara. Bahkan ketika PKI telah dibubarkan.

Rasa takut itu terus diawetkan hingga hari ini. Buku pendidikan sejarah di sekolah berdasarkan kurikulum 2013 menyebutkan peristiwa 1965 sebagai pemberontakan bernama G30S/PKI. Kependekan dari Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia.

Pembuat kurikulum, penulis buku pelajaran sejarah, seperti tak membaca serangkaian penelitian yang sudah terdokumentasi dengan baik bahwa peristiwa Oktober 1965 dilatari dan digerakkan oleh berbagai faktor. Dari mulai lawan politik Presiden Sukarno di dalam negeri, hingga aktivitas intelijen negara-negara adidaya.

Pembantaian atau perburuan manusia yang berlangsung pada tahun berikutnya sebetulnya malah menempatkan orang-orang PKI atau yang dituduh berafiliasi kepada partai itu sebagai korban. Penelitian sejarah, catat: penelitian sejarah, yang telah sahih secara metode ilmu pengetahuan menyodorkan fakta bagaimana sadisnya perburuan manusia itu berlangsung di Jawa dan Bali.

Kita, saudara, harus mengakui bahwa kita pernah begitu amat kejamnya memperlakukan manusia. Ratusan ribu nyawa, ada yang mencatat hingga 2 juta, direnggut begitu mudah. Jasad mereka dilemparkan ke sungai atau dikuburkan secara tidak layak. Di Bali, tercatat beberapa korban dibunuh secara keji. Tubuh mereka disula.

Sejarah di berbagai dunia, memang banyak diliputi kekejaman. Generasi yang tak pernah mengalami masa kelam itu, diminta untuk terus mengingatnya. Tujuannya, kekejian itu tak terulang dan menjadi peringatan untuk terus menerus meningkatkan penghargaan terhadap kemanusiaan.

Sungguh heran ketika Indonesia yang mengaku sebagai bangsa besar, dalam pengertian harfiah geografis dan kedalaman pikir, ternyata bukan bangsa yang gemar belajar dari sejarah. Kita sempat heran juga ketika suara dari Istana yang diwakili oleh Juru Bicaranya, Julian Adrian Pasha, menyatakan malu bahwa film The Act of Killing diganjar nominasi Oscar. Alasannya film itu menampilkan kekejaman bangsa Indonesia.

Apakah Istana berniat menghapuskan kenyataan masa lalu bahwa kekejaman pernah berlangsung? Apakah ini berarti Istana menginginkan rakyat Indonesia adalah rakyat yang amnesia? Pembangunan macam apa yang tengah dirancang untuk dijalankan di atas amnesia massal?

Dan ketika buku pelajaran sejarah ternyata melanggengkan tuduhan bahwa peristiwa Oktober 1965 didalangi PKI sehingga tetap menyebut G30S/PKI, ada dua hal kita catat. Pertama, negara ingin agar amnesia itu dilipatgandakan dari generasi ke generasi. Kedua, proyek amnesia itu dijalankan oleh motif kerdil.

  • The act of killing
  • partai komunis indonesia
  • G 30 S PKI
  • Julian Adrian Pasha

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!