BERITA

Duo Depapepe Membuat Histeris Penonton Jazz Goes to Campus

KBR68H, Jakarta - Bermain di hadapan mahasiswa dan anak muda berusia di bawah 23 tahun, membuat duo akustik asal Jepang Depapepe harus berpikir keras.

AUTHOR / Pebriansyah Ariefana

Duo Depapepe Membuat Histeris Penonton Jazz Goes to Campus
depapepe, jazz goes to campus, histeris

KBR68H, Jakarta - Bermain di hadapan mahasiswa dan anak muda berusia di bawah 23 tahun, membuat duo akustik asal Jepang Depapepe harus berpikir keras. Mereka mempunyai konsep sederhana, namun tetap 'ngebeat' untuk jazzy pemula.

Pilihan itu mereka mainkan di Jazz Goes To Campus yang digelar oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Minggu (2/12) malam. Depapepe tampil apik di puluhan ribu penonton. Tentu penontonnya
kebanyakan mahasiswa.

Duo yang beranggotakan Miura "Depa" Takuya dan Tokuoka "Pepe" Yoshinari itu membuka konser 40 menitnya dengan nomor 'Spur', single mereka tahun 2005. Teriakan histeris penonton sangat keras sampai memekakkan telinga. Pantas saja, sebab perlu perjuangan untuk melihat aksi Japanese ini yang jarang datang ke Asia Tenggara.

Lahan konser yang terbatas, sementara ribuan orang berebut tempat membuat menonton pun tidak terlalu nyaman. Tapi itu yang harus dibayar untuk melihat langsung aksi cool Miura dan Tokuoka.

Di awal pembuka Depapepe cukup cerdas memainkan persepsi suasana Jepang dan rasa lagu Jepang di atas panggung. Tidak hanya menghipnotis penonton dengan petikan dan cabikan gitar kopong, tim Depapepe juga bermain dengan visualisasi layar. Gambar gerak dihadirkan Depapepe.

Semisal saat nomor 'Spur', Depapepe menampilkan suasana musim salju dengan konsidi pemandangan lewat kereta berjalan di perkampungan Jepang. Gambar dibuat dengan serba putih dan agak terputus-putus seperti film jadul.

Selama 40 menit, Depapepe memainkan kurang lebih 10 lagu dari album-albumnya seperti 'Let's Go!!!', 'Hi!ode!!', 'Ciao! Bravo!!', atau juga 'SUNSHINE SURF!!'. Lagu-lagu yang dimainkan pun terasa ringan dan mudah dimengerti, meski tidak banyak yang tahu judul-judul lagu mereka. Sebab tidak ada lirik.

Memainkan nomor-nomor yang sederhana bukan tanpa alasan untuk duo yang terbentuk pada 2002 silam itu. Saat ditemui beberapa media, termasuk PortalKBR di belakang panggung, Miura mengatakan Depapepe sadar bermain di depan mahasiswa atau anak muda berusia di bawah 23 tahun.
Alasan lain musik mereka tidak terlalu akrab di telinga orang Indonesia. Hanya komunitas tertentu yang sudah akrab. Maka itu Depapepe hanya memainkan nomor-nomor tertentu seperti 'Spur' atau 'Wake Up!. Nomor yang dimainkan pun berkarakter semangat.

"Karena penonton mahasiswa, kami memilih lagunya yang bersemangat. Jadi lagu yang ringan di dengar. Semisal mereka nggak suka sama jazz, tapi masih bisa menikmati," kata Miura dalam berbahasa Jepang.

Dalam kesempatan wawancara itu, Miura mengaku bersama rekannya Tokuoka selalu bersemangat main di Indonesia. Sebab sambutan yang diberikan penikmat musiknya di Indonesia begitu riuh. Bahkan sampai ada yang berteriak dan mengungkapkan keinginannya agar Depapepe terus di atas
panggung.

"Tapi berbeda jika dibandingkan dengan di Jepang. Mereka tidak seantusias di Indonesia. Mereka tepuk tangan, tapi sebatas itu. Kalau di Indonesia sampai ikut-ikut nyanyi dan menyamput Depapepe dengan
semangat," kata dia.

Prediksi mereka pun terbukti, saat bermain Miura berulang kalimengatakan jika dirinya kangen dengan  Indonesia dan suasana konser jazz Indonesia. Mereka juga berulang kali mengatakan kecintaannya kepada suasana konser di Indonesia.

"Saya kangen Indonesia, saya cinta Indonesia," kata Miura di atas panggung JGTC dengan berusaha berbahasa Indonesia.

Editor: Doddy Rosadi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!