OLAHRAGA

Ketika Tarian Samba Meredam Tiki-taka

KBR68H

AUTHOR / Doddy Rosadi

Ketika Tarian Samba Meredam Tiki-taka
tarian samba, tiki-taka, spanyol, brasil, piala konfederasi

KBR68H – Dalam lima tahun terakhir, kesebelasan Spanyol mendominasi kancah sepakbola dunia dengan taktik tiki-taka. Dimulai dengan menjadi juara di Piala Eropa 2008 berkat gol tunggal Fernando Torres ke gawang Jerman, lalu Spanyol menorehkan sejarah dengan menjadi juara di Piala Dunia 2010 saat menaklukkan Belanda di final. Tahun lalu, Italia dibuat tidak berdaya dan harus menelan kekalahan 4-0 di final Piala Eropa.

Tiga gelar juara dalam rentang lima tahun membuat Spanyol menjadi favorit kuat menjadi juara di ajang Piala Konfederasi 2013 yang digelar di Brasil. Siapa favorit juara lainnya? Tentu saja tuan rumah Brasil, juara lima kali Piala Dunia. Federasi Sepakbola Brasil meminta bantuan Luis Felipe Scolari untuk menjadi pelatih tim Samba. Scolari adalah orang terakhir yang mempersembahkan trofi Piala Dunia pada 2010.

Dengan mengandalkan sejumlah pemain muda seperti Neymar, Ganso, Paulinho dan Marcelo, Brasil tidak bisa memperlihatkan permainan cantiknya yang dikenal dengan nama jogo bonito atau sepakbola indah. Hasil buruk yang dialami dalam sejumlah pertandingan persahabatan membuat posisi Brasil dalam daftar peringkat yang dikeluarkan Federasi Sepakbola Dunia terperosok di luar 20 besar. Sebuah prestasi terendah di sepanjang sejarah negeri Samba itu.

Ketika Piala Konfederasi 2013, harapan warga Brasil untuk melihat tim kesayangan mereka menjadi juara membuncah. Dalam tiga pertandingan pertama, Brasil meraih kemenangan dengan mudah. Menang 3-0 atas Jepang dan 2-0 atas Meksiko serta mengalahkan Italia 4-2 di partai penentuan juara grup. Brasil baru dipaksa bekerja keras di babak semifinal saat mengalahkan Uruguay 2-1.

Partai final mempertemukan tuan rumah Brasil melawan Spanyol, tim yang tidak pernah kalah dalam 26 pertandingan beruntun di turnamen resmi. Tarian Samba Brasil sudah memperdaya taktik tika-taka Spanyol ketika pertandingan baru berjalan 1,5 menit. Berawal dari umpan Hulk ke kotak penalti Spanyol. Bola mengenai badan Pique sebelum jatuh ke kaki Fred. Meski dalam posisi terjatuh, Fred berhasil menyongkel bola ke gawang Spanyol.

Gol cepat membuat para pemain Brasil semakin percaya diri. Umpan dari kaki ke kaki yang dipertontonkan pemain Brasil membuat lini tengah Spanyol tidak berdaya. Paulinho yang dipercaya sebagai pengatur serangan nyaris membuat Casillas memungut bola dari gawangnya ketika tendangan keras pemain yang baru diboyong Tottenham Hotspur itu menerpa mistar atas gawang.

Pergerakan tanpa bola pemain Spanyol rupanya sudah bisa dibaca oleh lini belakang Brasil. Duet David Luiz dan Thiago Silva mampu meredam bola-bola yang disodorkan Xavi dan Iniesta. Kiper Julio Cesar tidak banyak melakukan penyelamatan di babak pertama, selain menepis tendangan Iniesta. Lalu, bencana itu datang beberapa menit sebelum babak pertama usai.
Oscar melakukan hal yang sering dilakukan Xavi dan juga Iniesta di Barcelona dan juga timnas Spanyol. Pemain yang membela Chelsea itu melepaskan bola ke daerah yang kosong yang langsung disambar Neymar dengan tendangan keras ke pojok kiri atas gawang Casillas.

Oscar juga lah yang berperang atas gol ketiga Brasil dan juga gol kedua Fred di partai final. Dari tengah lapangan, Oscar melepaskan bola menyusur tanah yang memperdaya pemain belakang Spanyol. Fred yang lolos dari kawalan pemain Spanyol mempunyai banyak waktu untuk menentukan arah bola sebelum melepaskan tendangan ke pojok kanan gawang.

Tugas Spanyol untuk mengejar ketinggalan semakin berat ketika Gerard Pique diganjar kartu merah karena melanggar Neymar yang berada dalam posisi menguntungkan untuk mencetak gol. Kemenangan 3-0 sekaligus menghentikan dominasi Spanyol di turnamen resmi. Selain itu, Brasil juga berhasil meraih trofi pertama dalam empat tahun terakhir. Setelah gagal di babak perempat final pada Piala Dunia 2006 dan 2010, Brasil baru bisa meraih gelar pada Piala Konfederasi 2009.

Satu tahun menjelang Piala Dunia dimulai, Brasil membuktikan bahwa mereka layak menjadi kandidat juara di ajang paling bergengsi dalam dunia sepakbola itu sekaligus mengejar gelar juara keenam. Di Piala Konfederasi, tarian Samba berhasil meredam taktik tika-taka ala Spanyol. (Dari berbagai sumber)

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!