KBR68H, Jakarta - Data Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan kanker paru menduduki peringkat pertama sebagai kanker yang menyebabkan kematian. Posisi ini kemudian disusul kanker perut dan kanker hati.
Penulis: Gungun Gunawan
Editor:

KBR68H, Jakarta - Data Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan kanker paru menduduki peringkat pertama sebagai kanker yang menyebabkan kematian. Posisi ini kemudian disusul kanker perut dan kanker hati. Kanker paru disebut dipicu oleh kebiasaan merokok. Namun ada juga ahli yang menyebutkan perokok pasif juga punya resiko terkena kanker paru. Bahkan perempuan bukan perokok mempunyai resiko terkena kanker paru lebih besar dari laki-laki yaitu dua banding satu.
Salah satu penderita kanker paru-paru adalah Hendrata. Pria 70 tahunan ini divonis menderita kanker paru-paru beberapa tahu lalu. Dokter memvois Hendrata kanker paru-paru stadium 3. Sebelumnya, pria yang juga anggota Cancer Information and Support Center (CISC) ini mengaku tidak merasakan gejala yang spesifik sebelumnya. “Saya hanya merasa sering lelah dan sakit punggung,” kata dia.
Hal tersebut diperkuat oleh dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Muhammad Fahmi. Menurut dr.Fahmi, kanker paru-paru tidak punya gejala spesifik, Berbeda dengan kanker lain seperti kanker payudara. Maka itu, kata dia pasien harus dicek ke dokter.
Dia menambahkan, penyebab terbesar kanker paru-paru adalah rokok sedangkan lainnya adalah zat-zat seperti radon dan asbes. Kedua zat itu kata dia hanya menyumbang 10 penyebab kanker paru-paru. Sementara itu, Hendrata membenarkan bila dirinya dulu adalah perokok berat. Selain itu, kata dia pola makan dan pola tidur yang kacau turut menjadi penyebab sakitnya itu.
Dr.Fahmi menilai, ada satu faktor yang menyebabkan kanker paru-paru marak di Indonesia. Kata dia, kebanyakan perokok di Indonesia adalah perokok sosial. Artinya, kebanyakan kegiatan merokok dilakukan secara bersama-sama demi keakaraban dengan rekan atau kolega. Oleh karena itu kata dia, penyakit kanker paru-paru dapat menjangkiti banyak orang sekaligus bahkan terhadap orang yang tidak ikut merokok tapi berada di dekat perokok alias perokok pasif.
"Peluang perokok pasif empat kali lebih besar ketimbang yang bukan perokok,” kata Fahmi.
Editor: Doddy Rosadi