NASIONAL
Cek Fakta: Narasi soal Ribuan WNA China Diberi KTP buat Pemilu 2024. Benarkah?
Inilah Top Three Hoax of The Week yang beredar dari 19-25 Januari 2023, hasil periksa fakta dengan tingkat engagement paling tinggi pada akun Instagram @turnbackhoaxid
AUTHOR / Tim Cek Fakta
KBR, Jakarta- Beredar narasi soal ribuan warga Tiongkok diberikan KTP elektronik buat Pemilu 2024. Hoaks ini disebarkan melalui media sosial Twitter. Konten itu menjadi salah satu dari tiga teratas cek fakta yang mendapat sorotan sepanjang pekan lalu. Apa saja lainnya?
Inilah Top Three Hoax of The Week yang beredar dari 19-25 Januari 2023, hasil periksa fakta dengan tingkat engagement paling tinggi pada akun Instagram @turnbackhoaxid:
Video dengan Narasi Istana Dilumpuhkan
Sebuah channel YouTube mengunggah konten berisikan potongan-potongan video dengan narasi istana hancur total dan mahasiswa berdemo memaksa Presiden Joko Widodo mundur secara tidak hormat.
Video dengan Narasi Kekerasan TKA terhadap Tenaga Kerja Lokal
Beredar video melalui WhatsApp yang menampilkan seseorang ditendang berkali-kali pada bagian muka dan leher. Video kekerasan ini berdurasi 1 menit dengan narasi "Beginilah Perlakuan TKA Cina RRC Menghajar Tenaga kerja lokal."
Baca juga:
- Jokowi Memerintahkan Percepatan Pembangunan Jalan di Daerah
- Tren Promosi Wisata Hidden Gem di Media Sosial
- Ingin Berubah tapi Sulit, Mungkin Masalahnya pada Nature dan Nurture
Narasi soal Ribuan WNA China Diberi KTP buat Pemilu 2024. Benarkah?
Beredar narasi soal ribuan warga Tiongkok diberikan KTP elektronik buat Pemilu 2024. Hoaks ini disebarkan melalui media sosial Twitter. Bahkan isu ini sampai dijawab oleh Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, Zudan Arif Fakrulloh.
Mau tau hasil penelusurannya? Yuk dengarkan podcast Cek Fakta di link berikut ini:
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!