NASIONAL

Belanja tanpa Lupa Diri

Hobi belanja sampai kalap

AUTHOR / Lea Citra

Diskusi Psikologi (Disko)
Disko

KBR, Jakarta- Memasuki sebuah toko, mall, tempat perbelanjaan hingga menelusuri online shop memang mengasikkan. Terkadang, kita malah memasukkan barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan.

Siapa yang pernah mengalami hal ini? Hati-hati ya, bisa jadi itu impulsive buying.

Impulse buying atau belanja secara impulsif merupakan perilaku yang sudah umum terjadi di kalangan masyarakat. Sifat ini menunjukkan sebuah kebiasaan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak ada di daftar kebutuhan Anda. 

Menurut laman Hello Sehat dari Kementerian Kesehatan, sifat impulsif bisa timbul karena beberapa hal, yaitu:

1. Gengsi

Sifat ini bisa muncul saat belanja, ketika seseorang sangat memerhatikan status sosial dan gengsi. Misalnya, Anda membeli sebuah baju yang harganya cukup mahal dan branded. Padahal di sisi lain, Anda tidak membutuhkan baju tersebut karena pakaian Anda sudah sangat banyak, bahkan ada yang belum dipakai.

2. Menciptakan kebahagiaan

Membeli barang yang diinginkan dikatakan mampu menimbulkan kebahagiaan tersendiri pada diri seseorang. Berbelanja barang dapat melepaskan dopamin karena keinginan Anda yang terpenuhi.

3. Sulit menolak dan mudah tergoda

Berbagai promo dan big sale bisa mendorong seseorang untuk berbelaja lebih dari kebutuhan dirinya. Misalnya, jelang Idul Fitri seperti saat ini, ada banyak barang, baju hingga makanan yang ditawarkan dengan harga miring. Ini pun membuat anda membeli hal-hal yang sebenarnya tidak kamu perlukan.

4. Menginginkan sesuatu yang baru

Bosan dan menginginkan berbagai hal baru, bisa mendorong perilaku berbelanja secara impulsif. Manusia dikatakan sebagai salah satu makhluk yang cenderung mengalami berbagai perubahan, termasuk keinginan dan suasana hati.

Menyoal Planned Impulsive Buying

Psikolog Aully Grashinta mengatakan, godaan menjelang hari raya Idul Fitri sangatlah besar. Promosi, big sale jelang hari raya disebut-sebut mampu membuat orang-orang gelap mata, lalu berbelanja tanpa mempertimbangkan kebutuhan.

"Udah ada wishlist, abis wishlist masuk ke keranjang, begitu THR cair nih gitu ya. Langsung checkout. Jadi sebenarnya planned impulsive buying begitu. Disebut impulsif, itu berarti ada dorongan yang tidak bisa dikendalikan. Nah itu namanya impulsive buying. Kalau bisa kita kendalikan, bukan impulsif. Jadi impulsif itu dorongan dalam diri yang ya memang sulit untuk kita kendalikan, kecuali tadi kita kuat iman gitu ya. Sehingga kita tahu, kita berharap bahwa kita akan punya rezeki berlebih. yaitu dengan THR. Kita kemudian plan ini akan kita pakai apa saja, tetapi impulsif begitu. Hanya untuk memenuhi Keinginan kita," ungkap Aully dalam Podcast Diskusi Psikologi "Disko", 12 April 2023.

Baca juga:

Pembayaran THR yang Melanggar Ketentuan

THR Cair, Mending Nabung atau Borong Belanja Lebaran?

Career Cushioning, Nyiapin Hal Tak Terduga

Aully menilai, berbelanja secara impulsif biasanya kerap terjadi menjelang hari raya. Kenapa? Sebab ada momen.

"Kenapa ada di bulan-bulan seperti? Karena ada momen begitu ya. Nggak semua orang loh punya bonus di kantor gitu ya. Nggak semua orang loh gajinya tiap bulan itu cukup untuk membeli hal-hal yang bisa memenuhi impulsivitasnya dia gitu. Sehingga momen seperti ini memang biasanya dimanfaatkan atau digunakan untuk melakukan tadi, pemenuhan kebutuhan rasa ingin yang biasanya ditahan gitu," kata Aully.

Sambung Aully, "nah tetapi juga ada faktor lingkungan gitu ya. Tiba-tiba ada pasar kaget, padahal biasanya sepi-sepi aja. Kok sekarang dia jual, tiba-tiba dia juga hijab, belum baju koko. Yang juga akhirnya mendorong, belum lagi yang namanya lebaran sale-lah, Ramadan sale. Walaupun sebenarnya mungkin harganya tidak sale-sale amat. Tetapi kondisi mall kita yang sudah, wah segala-gala sale. Kapan lagi mau beli, itu juga mendorong kita untuk akhirnya melakukan pembelian-pembeli, yang sebenarnya tujuannya hanya memenuhi rasa ingin saja."

Menurut Psikolog Aully Grashinta, menahan hawa nafsu perlu dilatih. Pelatihan ini penting, agar seseorang tidak tergoda dengan diskon-diskon yang ada.

"Hanya sebenarnya untuk ingin menunjukkan bahwa saya mampu begitu. Nah ini yang sebenarnya akhirnya bahaya begitu, karena tadi kita tidak punya kemampuan untuk meliterasi diri kita, dengan bagaimana sih mengatur keuangan dengan baik. Akhirnya boncos katanya gitu,"

Nah buat kamu yang mau tau caranya mengatur THR, cek di sini: THR Cair, Mending Nabung atau Borong Belanja Lebaran?

"Akhirnya boncos ya katanya, akhirnya malah minus gitu setelah lebaran. Padahal sebenarnya hakikat dari Lebaran kan bukan itu. Yang penting adalah paham apa kemampuannya begitu ya, kemudian bisa membaginya mendistribusikannya secara tepat, dan akhirnya menjadikan momen lebaran ini sebagai momen silaturahmi tanpa embel-embel harus tampil atau harus tersorot dengan sesuatu yang sebenarnya kita tidak mampu begitu," ucap Aully.

Lebih lanjut soal impulsive buying. Yuk dengarkan podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link


Editor: Wydia Angga

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!