BERITA
Bahan Baku Obat 90 Persen Impor, Bagaimana Industri Farmasi di Indonesia?
Padahal keanekaragaman hayati atau biodiversitas Indonesia merupakan yang terbesar di dunia.

KBR, Jakarta- Sebagian besar atau 90 persen bahan baku industri farmasi di tanah air diperoleh dari impor. Fakta ini disampaikan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam acara Business Performance Exellence Award secara daring, Kamis, 23 September 2021.
Menurut Honesti, hal ini membuat industri farmasi di Indonesia tidak sehat. Padahal kata dia, keanekaragaman hayati atau biodiversitas Indonesia merupakan yang terbesar di dunia.
"Kita tahu Indonesia itu negara dengan biodivesity terbesar di dunia, kalau kita tidak maksimalkan mulai dari RnD (Research and Development) dari pengembangan produknya, nanti yang akan mengeksplorasi biodiversity Indonesia adalah negara luar maka kita tidak ingin itu tidak terjadi," ucap Honesti dalam Business Performance Exellence Award secara daring, Kamis (23/9/2021).
Baca juga:
Menurutnya, biodiversitas menjadi kunci dalam pembuatan bahan baku segala jenis obat yang mestinya bisa diolah secara maksimal.
Ketergantungan impor bahan baku di tengah melimpahnya biodiversitas, dilakukan karena Indonesia tidak mampu bersaing. Ia beralasan, harga bahan baku impor jauh lebih murah daripada investasi di dalam negeri.
"Maka nanti kita akan bekerja sama dengan beberapa macam lembaga dan pengembang, dari sisi kontinu bahan bakunya sendiri. Meskipun biodiversity kita besar, tapi kontinuitas kita tidak bagus dalam standarisasinya," ucap Honesti.
Baca juga:
Menurut Honesti, Indonesia, harus membangun kompetensi itu agar tidak lagi bergantung dengan impor. Dia menyebut, Bio Farma memiliki strategi untuk menekan impor, yaitu memproduksi bahan baku obat yang sangat dibutuhkan di Indonesia.
Honesti mengklaim, sejak 2017 hingga sekarang, sudah ada 10 bahan baku obat yang sudah bisa diproduksi Indonesia. Bio Farma, juga sudah membuat peta jalan untuk menekan impor.
Peta jalan itu disusun untuk bisa mengurangi ketergantungan impor pada 2024, yakni dari 90 persen menjadi 70 persen.
Editor: Sindu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!