NASIONAL
Asosiasi Warteg Terbebani Imbas HET MinyaKita Naik
Mukroni mengatakan, jika pemerintah berani menaikan harga minyak rakyat, maka akan berimbas pada naiknya harga makanan di warteg-warteg.
AUTHOR / Shafira Aurel
-
EDITOR / Resky Novianto
KBR, Jakarta- Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mendesak pemerintah membatalkan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng rakyat atau MinyaKita sebesar Rp15.700 per liter.
Menurutnya, kenaikan tersebut hanya akan memberikan beban baru bagi masyarakat, khususnya para pedagang dan masyarakat miskin.
Mukroni mengatakan, jika pemerintah berani menaikan harga minyak rakyat, maka akan berimbas pada naiknya harga makanan di warteg-warteg. Tak hanya itu, ancaman yang lebih mengerikan menurutnya dikhawatirkan akan banyak warteg nakal yang menggunakan minyak curah yang bisa berakibat buruk pada kesehatan masyarakat.
“Pada dasarnya kami belum setuju untuk menaikkan harga ini. Karena akan memperburuk kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah, meningkatkan inflasi dan menambah beban hidup sehari-hari. Pemerintah perlu mencari solusi alternatif lain, seperti memberikan subsidi atau insentif kepada produsen tanpa harus membebani konsumen akhir,”ujar Mukroni kepada KBR, Minggu (22/7/2024).
Mukroni juga meminta pemerintah berkomunikasi dan transparan kepada masyarakat untuk menjelaskan alasan naiknya harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng rakyat atau MinyaKita sebesar Rp15.700 per liter.
“Jangan tiba-tiba naik tanpa alasan yang jelas. Harus komunikasikan dulu. Kalau pun naik pemerintah harus kasih bansos biar mengurangi beban,” ucapnya.
Baca juga:
- HET MinyaKita Naik Jadi Rp15.700, YLKI: Tidak Pro Rakyat
Sebelumnya, Pemerintah resmi menaikkan harga eceran tertinggi Minyakita, menjadi Rp15.700 per liter, dari sebelumnya Rp14.000 per liter.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kenaikan harga ini sudah melalui proses harmonisasi.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!