INDONESIA

Ritual Seks untuk Keberuntungan di Gunung Kemukus (Bag. 2)

Ada banyak cara untuk mencapai tujuan, salah satunya dengan melakukan ritual berhubungan seks seperti di Gunung Kemukus ini.

AUTHOR / Rebecca Henschke

Ritual Seks untuk Keberuntungan di Gunung Kemukus (Bag. 2)
Indonesia, Gunung Kemukus, Ritual seks, perzinahan, Rebecca Henschke

Seiring datangnya malam...orang-orang berdatangan ke bar-bar karaoke yang ada sepanjang gang. Letaknya tak jauh dari kompleks pemakaman di Gunung Kemukus. 


Saya masuk ke sebuah bar. Di dalam ada sekitar enam pria dan seorang perempuan yang bernyanyi dan menari dengan gaya yang sensual. Lalu para pria itu duduk di sofa dan ikut bernyanyi.


“Dulu sangat berbeda. Sebelumnya orang-orang benar-benar melakukan ritual bersenggama. Tetapi orang-orang berhubungan di tempat terbuka dan Pemerintah setempat memutuskan untuk membuat bale bamboo di sekitar kuil. Tetapi akibatnya prostitusi berkembang.” 


Profesor Koentjoro memperkirakan sekitar setengah dari perempuan yang saat ini berada di gunung itu adalah pekerja seks komersial. 


Sementara 25 persen lainnya adalah "pekerja paruh waktu" yang datang saat ritual berlangsung. Seperti Liat yang berusia 27 tahun. 


“Saya ibu rumah tangga normal. Saya memilki seorang putri berusia tiga tahun, tetapi suami saya tidak berpenghasilan cukup yang bisa mendukung keluarga kami. Sebab itu saya memutuskan untuk melakukan ini. Suami saya seorang kuli bangunan di Jakarta, jadi dia tidak tahu apa yang saya lakukan. Putri saya bersama kakak saya, sedang suami saya pulang dua bulan sekali.”


Setiap pria yang tidur dengannya membayar sekitar 100 ribu rupiah. Jika beruntung ia bisa membawa pulang uang lebih dari satu juta rupiah dalam semalam. 


Sejak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 banyak tempat lokalisasi ditutup.


Tapi Gunung Kemukus tidak tersentuh. 


Ketika tersiar kabar baru-baru ini, kalau Front Pembela Islam dari Solo akan melakukan serangan, polisi muncul untuk melindungi bukit itu. 


Kompleks pemakaman ini terlalu berharga untuk ditutup.


“Frot Pembela Islam adalah musuh di Gunung Kemukus. Di sini penuh kejahatan dan banyak preman. Ada banyak gangsters dan mucikari. Jika bisnis ini terancam, maka mereka akan melawan.” 


Memasuki Gunung Kemukus di sore hari akan menunjukkan dengan jelas, betapa menguntungkannya kompleks pemakaman ini. 


M.Suparno yang merupakan koordinator pariwisata di sini mengatakan jumlah ini akan bertambah.


“Kami bisa dikunjungi 2500 – 3000 orang dalam semalam. Uang dari penjualan tiket untuk pemerintah setempat. Dalam setahun kami mendapatkan Rp 196 juta.” 


Ada banyak cara untuk mencapai tujuan, salah satunya dengan melakukan ritual berhubungan seks seperti di Gunung Kemukus ini. 


Untuk beberapa orang seperti Pak Slamat, membayar untuk berhubungan seks akan membatalkan ritual itu.


Saat ini pukul 1 malam...Saya menelpon Pak Slamat untuk menanyakan apakah ia sudah menemukan pasangan. 


“Saya akan menetap di sini, saya tidak tahu di mana tidur. Saya belum menemukan satu orang pun. Saya mencari seseorang yang berhati baik. Ada banyak yang cantik, tetapi Anda harus membayar  untuk itu.


Duduk di bawah pohon Dewadaru terdekat, saya bertemu pasangan baru Ishlam, dan Julia.


Saya bertanya apakah mereka sudah saling bertukar nomor telepon...


“Saya tidak punya telepon genggam. HP membuat sulit (tertawa).”


Tapi Isham mengatakan jalannya masih panjang ....


“Saya hanya menjual lagu burung, sekarang tidak baik. Pernahkan ada melihat perubahan? Saya baru melakukan ritual ini sebanyak tiga kali, jadi saya belum melihat perubahan. Saya harus melakukan itu tujuh kali. Tertawa..


Untuk itu dia perlu meyakinkan Julia untuk membuat komitmen yang sama. Seperti Ibu Winda, pemilik warung yang sudah datang kemari selama 10 tahun untuk bertemu dengan seorang pria.


“Pak Haji dari Semarang, dia bilang jika saya dengan dia di sini setidaknya selama tiga tahun, dia akan membawa saya ke Mekah menunaikan ibadah Haji. Ketika kami ke sini, kita seperti suama-isteri. Bersamanya bisnis jauh lebih baik..segala puji bagi Allah.”



Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!