INDONESIA

Promosi Budaya Tradisional Lewat Festival Musik di Uzbekistan

Beberapa diantaranya datang dari negara di mana musik dianggap suatu kegiatan terlarang.

AUTHOR / Rajan Parajuli

Promosi Budaya Tradisional Lewat Festival Musik di Uzbekistan
Uzbekistan, festival musik, musik yang hampir punah, Rajan Parajuli

Lebih dari 60 negara berpartisipasi di festival music internasional di Uzbekistan.

Ini adalah ajang tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah Uzbekistan untuk mempromosikan musik tradisional  dari berbagai negara di dunia.

Beberapa diantaranya datang dari negara di mana musik dianggap suatu kegiatan terlarang.

Dawood Pazhman yang berusia 29 tahun ini sedang berlatih musik dengan teman-temannya di kamar hotel.

“Lagu ini bercerita tentang cinta. Lirik lagunya mengisahkan seorang pria yang merasa sedih karena kekasihnya tidak mengunjunginya.

Mereka semua berasal dari sebuah desa kecil di utara Afghanistan.

Bermain musik bukan hal mudah, kata dia.

“Waktu itu saya masih kecil dan saat sedang bernyanyi , ayah saya, Mujahidin lantas mendatangi saya dan bertanya, kenapa kamu lakukan ini? Musik itu haram. Dalam budaya Taliban, jika Anda ketahuan menjadi seorang musisi atau penyanyi maka Anda akan dibunuh. Ibu saya dan semua sanak saudara menangis dan membela saya dan mengatakan saya sama sekali tidak berdosa. Ayah saya kemudian mengancam dan berkata, ini adalah terakhir kalinya kamu bernyanyi.”

Dawood berhenti bernyanyi selama lebih dari 5 tahun karena ketakutan akan dibunuh.

Tapi festival ini adalah panggung baginya untuk mengekspresikan bakat.

Dari musik rakyat Amerika Serikat…

…Sampai musik tradisional dari  Indonesia yang hampir punah.

Anda bisa menemukan berbagai music tradisional di sini, kata Irina Bokova.

Dia adalah Direktur Jendral dari UNESCO – Badan Pendidikan dan Kebudayaan PBB.

“Kami semua percaya bahwa kreatifitas bersumber dari warisan budaya yang kasat mata. Visi kami adalah membangun masa lalu dan ke depan yang berkelanjutan. Warisan budaya yang kasat mata adalah fondasi dasar untuk membangun masa depan yang kita semua impikan. Inilah yang kami rayakan di Sharq Taronalari.”

Orient Melodies atau yang lebih di kenal dengan ‘Sharq Taronalari’ di Uzbek adalah salah satu festival budaya terbesar di Asia Tengah.

Setiap dua tahun, ratusan seniman berbakat mulai dari penyanyi, penari dan musisi berkumpul dan berbagi musik di Smarkand.

Musik tradisional hampir punah di beberapa negara.

Tapi di festival ini, musik tradisional dijunjung dan dilombakan.

Semua musisi dan penyanyi berlomba untuk mendapatkan penghargaan musik rakyat dan musik tradisional terbaik.

Munojot Yuldasheva dari Uzberkistan adalah salah satu juri.

“Festival ini membantu para musisi, artis dan pecinta budaya untuk memamerkan musik tradisional mereka yang hampir punah kepada dunia dan upaya menghidupkannya kembali. Musisi dari Amerika Selatan, Eropa, Afrika dan Asia berpartisipasi dalam festival ini. Ini adalah kesempatan mereka untuk menampilkan kepada masyarakat luas tentang tradisi budaya mereka. Dengan adanya penghargaan dan juga sejumlah uang tunai diharapkan dapat mendorong mereka untuk lebih giat dalam mempromosikan budaya mereka.”

Semua musisi berbagi musik di sini, di Registan Square.

Mereka tidak saling memahami – tapi mereka bicara dalam bahasa musik,kata Galit Giat, seorang penyanyi tenar dari Israel.

“Kami tidak mengerti bahasa masing-masing dan kami tidak perlu mengerti bahasa mereka. Kami hanya perlu mengerti bahasa musik, cara Anda mengekspresikan diri Anda, bagaimana Anda membawa diri Anda, musik Anda, itu saja. Menurut saya, yang terpenting adalah hati. Ketika saya hendak tampil di panggung, saya berkonsentrasi penuh pada perasaan apa yang ingin saya berikan kepada para penonton. Walaupun saya berbicara dengan bahasa ibu saya, tapi saya merasa mereka dapat memahami saya.”

Ribuan orang menari mengikuti irama lagu dari Israel…termasuk seorang pengusaha konstruksi berusia 40 tahun, Batoyor Ismolov.

Ini adalah kali pertama bagi pria berkebangsaan Uzbek ini mendengarkan musik Israel.

“Saya hanya bisa berbahasa Uzbek dan Rusia. Di sini saya bisa mendengarkan berbagai bahasa melalui musik dan lagu. Ketika diperdengarkan pertama kali, saya mendengarnya dengan hati. Jadi saat musik itu diperdengarkan untuk kali kedua, saya bisa ikut bernyanyi.”

Dawood dan timnya dari Afghanistan berhasil memenangkan posisi kedua dalam lomba musik yang diikuti oleh 60 negara.

Tapi di kampung halamannya, dia kesulitan untuk menemukan pekerjaan sebagai musisi. Sekarang dia bekerja sebagai karyawan di bagian keuangan.

Musik adalah panggilan jiwanya… Dia berpetualang sampai ke Tajekistan dan Amerika Serikat untuk membagikan musiknya.

Lewat musik, dia ingin menyebarkan pesan perdamaian.

“Ketika kami bertemu dengan orang dan orang menanyakan kepada kami, dari mana kami berasal? Mereka semua terkejut ketika kami bilang dari Afghanistan. Mereka langsung berpikiran buruk. Ya, memang ada orang Afghanistan yang membunuh orang tapi kami ingin menunjukkan bahwa tidak semua orang Afghanistan begitu. Kami menyanyikan lagu-lagu yang bertemakan perdamaian, menyatukan banyak orang, sehingga kami semua jadi satu.”


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!