INDONESIA

Profil Pengusaha Bakso Sunarni Santoso

Sunarni Santoso berhasil membawa bakso yang biasa dijual di pinggir jalan ke restoran yang ada di pusat perbelanjaan.

AUTHOR / Michelle Rimmer

Profil Pengusaha Bakso Sunarni Santoso
Indonesia, Sunarni Santoso, Bakso Lapangan Tembak, wirausaha, Michelle Rimmer

Meningkatnya kelas menengah di Ibukota Jakarta membuka peluang baru bagi pengusaha perempuan untuk membuka usaha.

Sunarni Santoso adalah ibu tiga anak dan pengusaha sukses yang memiliki lebih dari 30 gerai makanan di seluruh Indonesia.

Ia berhasil membawa bakso yang biasa dijual di pinggir jalan ke restoran yang ada di pusat perbelanjaan.

Aroma mi goreng, kecap manis dan bawang putih  tercium dari dapur Bakso Lapangan Tembak Senayan.

Sunarni Santoso yang berusia 48 tahun keluar dari dapur dengan pakaian rapi.

Ia menyambut saya dengan senyum.

Duduk di kantornya, Surnarni mulai bercerita mengenai kegemarannya menyantap bakso.

“Saya lahir di Salatiga di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah, banyak sekali orang berjualan bakso. Jadi kita dari kecil sudah terbiasa makan bakso. Sewaktu kita pindah ke sini, kita selalu cari bakso.”

Bakso biasanya dimakan dengan mi, sayuran, tahu dan ditaburi bawang goreng. Makanan ini  mudah ditemui di seluruh Indonesia dan biasanya dijual oleh pedagang kaki lima di pinggir jalan.

Pada 2003, Sunarni membuka restoran baksonya di Mal Pluit.

Setahun kemudian, salah satu stasiun televisi swasta nasional memberitakan sejumlah pedagang bakso keliling yang menggunakan daging tikus sebagai bahan baku bakso.

Ini menyebabkan banyak warga Jakarta tidak mau mengonsumsi bakso yang dijual di pinggir jalan.

“Ternyata respon di masyarakat bagus sekali. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka di mal-mal di seluruh Indonesia. Sampai sekarang saya punya 34 restoran.”

Menurut Sunarni usaha ini mempermudah pekerjaannya sebagai ibu.

“Dulu saya bekerja sebagai profesional di perusahaan properti. Saya bekerja sebagai marketing, memasarkan kondominium, apartemen, dan perumahan. Lalu karena saya sudah menikah dan saya sudah hamil anak pertama, sedangkan kalau properti itu Sabtu Minggu harus jaga. Banyak orang yang lihat kita punya project. Sedangkan saya sudah hamil, sudah punya anak lalu hamil lagi yang kedua, jadi Sabtu Minggu saya tidak bisa melihat anak buah saya di sana. Saya merasa tidak enak. Jadi saya harus pikir-pikir kerja sendiri.”

Suaminya yang juga berasal dari Jawa Tengah selalu mendukung usahanya.

“Mulanya saya memang merasa khawatir karena menyewa di mal cukup mahal. Tapi suami saya mendorong saya untuk mencoba. Dia berkata seandainya tidak berhasil pun atau misalnya hanya cukup membayar gaji dan membayar sewa, saya juga tidak membutuhkan uang karena suami saya juga bekerja.”

Suami Sunarni setiap hari makan siang di restoran pertamanya ini. 

Sunarni memperkirakan pekerja di restoran baksonya mencapai 900 orang dan ia becanda soal ekspansi pasar ke Australia.

Ini pesannya bagi para perempuan yang mau memulai usaha sendiri.

“Harus dimulai dari small step. Jangan mau langsung besar dan mewah dan bagus tetapi harus memulai dari small step lalu harus dikembangkan juga. Dari small step itu menghasilkan uang.”


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!