INDONESIA

Desa Terpencil di Indonesia Menikmati Berselancar di Dunia Maya

Tapi sebuah desa di lereng Gunung Slamet di Jawa Tengah sudah menikmati manfaat internet selama beberapa tahun.

AUTHOR / Guruh Riyanto KBR68H

Desa Terpencil di Indonesia Menikmati Berselancar di Dunia Maya
Indonesia, Desa Melung, internet, ekonomi, Guruh Riyanto KBR68H

Di Indonesia internet masih belum dinikmati semua orang.

Terutama bila Anda tinggal di pengunungan... Anda bakal kesulitan berselancar di dunia maya.

Tapi sebuah desa di lereng Gunung Slamet di Jawa Tengah sudah menikmati manfaat internet selama beberapa tahun.

Kasiem sibuk mengurus sawahnya.

“Banyak hama, tikus banyak sekali, nggak tahu dari mana, padi habis yang di tengah. Tikusnya banyak kalau malam, kalau siang pada di lobang-lobang.”

Sekarang Kasiem beristirahat di bawah pohon.

Ia bergabung dengan suaminya yang sibuk berselancar di dunia maya dengan laptopnya, mengunakan sambungan internet desa yang cepat.

“Cari cara bikin pupuk organik di situ. Kita belajar dari internet. Tanaman juga banyak hamanya itu, ada ulat, tikus, saya cari cara menghilangkan di internet. Sudah dipraktekan, lumayan hilang.”

Tidak seperti kebanyakan desa terpencil di Indonesia, warga di sini bisa mengakses koneksi internet yang cepat.

Kepala desa Melung, Khoirudin, mengatakan mereka mulai proyek internet ini 4 tahun lalu.

“Di Desa Melung ini ada satu server dan tujuh akses poin yang bisa digunakan masyarakat untuk mengakses pengetahuan dari internet.”

Tidak hanya petani yang merasakan dampaknya.

Linda, seorang pelajar kelas 8, mengaku belajar banyak dari internet.

“Belajar pakai Google, cari misalnya materi apa gitu. Belajarnya pakai HP nyambung Wi Fi sekolahan. Belajar materi IPA dan Matematika.”

Ide membuat desa internet ini datang dari bekas kepala desa Agung Budi Satrio.

“Lereng itu letaknya di lereng Gunung Slamet, sehingga kalau kami pada saat itu mau mendapatkan informasi butuh waktu lama harus ke Purwokerto. Kedua, informasi menjadi sangat penting karena dengan informasi kita cepat mendapat berita, tidak ketinggalan. Ketiga, kami pernah mencoba berlangganan koran, tapi ternyata tidak puas, kita mendapatkan satu berita, kadang datang terlambat. Berita hari ini dikirim besok.”

Saat ia menjabat, desa itu mengalokasikan dana untuk membangun sarana penunjang.

Agung bahkan merogoh koceknya sendiri.

“Kurang lebih 6 juta, kami patungan berdua, desa dan pihak sekolah. 2010 pertengahan kita sudah memasang tiga jaringan. Pertengahan 2011, perangkat desa juga membutuhkan,akhirnya mereka membeli akses poin, swadaya dan mereka memasang. Akhirnya sekarang sudah ada tujuh titik akses poin.”

Para petani di sana sekarang bisa memperkenalkan desanya pada dunia lewat internet.

Dan mereka membuat laman internet untuk mengiklankan produk desa itu, di www.melung.desa.id

“Bagi kami, internet itu bukan pencari informasi, tapi kami harus memberikan informasi, artinya ada keseimbangan. Kami di desa, khususnya di Gerakan Desa Membangun, desa harus bersuara, sehingga, ada keseimbangan kami mendapat informasi dari berbagai jernis, tapi kami berbagi informasi ke dunia luar.” 

Iklan di website itu meningkatkan penjualan produk pertanian mereka.

Dan pendapatan tahunan desa itu meningkat hingga 30 persen.

Berkat internet seorang petani bernama Taufik bisa bernegosiasi langsung dengan para pembelinya. 

“Banyak manfaatnya. Dulu kan sering ada tamu dari luar kota, dari Jakarta. Tahunya dari internet juga. Mereka datang ke sini untuk beli.”
 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!