INDONESIA

Demam Berdarah

Pemerintah Pakistan menyatakan situasi darurat kesehatan di Lembah Swat akibat wabah demam berdarah.

AUTHOR / Mudassar Shah

Demam Berdarah
Pakistan, wabah demam berdarah, Lembah Swat, diskriminasi gender, Mudassar Shah

Pemerintah Pakistan menyatakan situasi darurat kesehatan di Lembah Swat akibat wabah demam berdarah.

Virus ini disebarkan oleh nyamuk yang berkembang biak di genangan air yang tidak mengalir.

Lebih dari enam ribu orang terinfeksi virus mematikan ini sejak Agustus lalu.

Penyakit ini bisa diobati jika diobati sedini mungkin.

Tapi banyak pasien perempuan tidak mendapatkan perawatan yang sama dengan laki-laki.

Seperti yang dialami istri Rohaib Khan yang meninggal akibat wabah ini.

Namun sejumlah orang yang hadir justru berbisik kepadanya, untuk segera menikah lagi... mumpung masih muda.
 
 “Kami kesulitan mencari tempat tidur, tapi akhirnya kami dapat di lorong. Saya juga harus berjuang mendapatkan dokter untuk mengobati istri saya. Akhirnya kami pindahkan dia ke rumah sakit lain. Saya kira istri saya bisa sembuh, tapi dia akhirnya meninggal tengah malam.”

Sang istri meninggalkan dua anak perempuan. Aafiya yang berusia 5 tahun dan Huda Rohaib, 14 bulan.

Huda juga kena demam berdarah.

Huda Rohaib menangis ketika ayahnya keluar rumah sementara Aafiya selalu duduk di pangkuan sang ayah saat di rumah.

“Kematian istri saya adalah kehilangan besar. Tapi saya percaya manusia tidak bisa menentang kehendak Yang Kuasa. Usaha untuk mendapatkan pengobatan hanya untuk menghibur dan memuaskan diri kami.”

Amjad Ali Burhan Khail adalah sepupu Rohaib.

Ia baru saja keluar dari rumah sakit setelah dirawat akibat demam berdarah.

“Kami sudah melakukan banyak dosa setiap hari. Harga barang-barang makin mahal, keadilan sudah tidak ada lagi, dan orang-orang saling menyakiti. Itu sebabnya Tuhan menurunkan kutukannya dalam bentuk demam berdarah.”

Sebagian besar warga di sini berpandangan seperti itu.

Tapi pemerintah dan ilmuwan justru menyalahkan maraknya perdagangan ban mobil.

Telur-telur nyamuk dikatakan tumbuh dari air dalam ban-ban bekas yang dibawa dari Lahore. 



Lahore sempat dilanda wabah demam berdarah pada September 2011. Lebih 360 orang tewas  dan hampir 20 ribu orang terserang virus.

Seorang sukarelawan sudah mulai melakukan pengasapan di pusat kota di Lembah Swat untuk menghentikan penyebaran infeksi. Ia melakukan ini secara cuma-cuma.

Kausar dan suaminya tidur beratapkan langit di rumah mereka selama musim panas.

Mereka baru kena demam berdarah dan kini dirawat di rumah selama sepekan.

“Saya punya tiga anak dan Tuhan memberi saya kesempatan untuk membesarkan anak-anak saya karena tidak ada yang akan mengurus mereka kalau saya meninggal.”

Tapi Rahmat Bibi yang berusia 46 tahun tidak terlalu beruntung.

Kata dokter, mereka terlambat membawanya ke rumah sakit.

70 persen pasien demam berdarah adalah laki-laki.

Menurut mereka, perempuan tak banyak kena demam berdarah karena berpakaian tertutup rapat.

Tapi sebenarnya bisa jadi banyak korban perempuan jika pasien perempuan tak diizinkan dirawat di rumah sakit.

Yasser Ali adalah seorang manajer hotel di Swat.

Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan tengah membesuk kerabat yang tengah dirawat.

“Semua keluarga saya kena demam berdarah. Tapi anggota keluarga perempuan yang sakit tidak dibawa ke rumah sakit. Perempuan harus mengurus keluarganya sehingga lebih baik mereka dirawat di rumah.”

Q. Jika perawatan di rumah lebih baik mengapa Anda dirawat di rumah sakit?

“Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu.”

Para perempuan Lembah Swat mengaku lega begitu musim dingin tiba.

Sebab udara yang dingin bisa membunuh nyamuk pembawa virus demam berdarah.

Profesor Dr Taj Muhammad Khan adalah kepala Saidu Teaching Hospital.

“Nyamuk pembawa virus demam berdarah tidak bisa bertahan di bawah suhu 16 derajat Celsius. Karena itu setelah 15 Oktober situasinya akan membaik karena suhu akan makin dingin.”


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!