HEADLINE

Ketika Hercules, Chinook, Thor Bersatu Melawan Api

THOR mampu menumpahkan air hingga 15 ribu liter dalam sekali jalan. THOR rupanya tak sendiri ketika terbang, ia dibantu pesawat berbadan ringan yang fungsinya sebagai mata.

AUTHOR / Yudi Rachman

Ketika Hercules, Chinook, Thor Bersatu Melawan Api
Hercules THOR milik Australia bantu memadamkan api di Sumatera Selatan. Foto: Yudi Rachman/KBR

KBR, Palembang – Bara api tak kunjung padam di Sumatera dan Kalimantan. Sudah tiga bulan berlalu sejak Agustus lalu, beberapa wilayah di Sumatera seperti Ogan Komering Ilir, Jambi, Lampung, dan Riau masih membara akibat kebakaran hutan dan lahan gambut. Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di Kalimantan.

Kalau mau merujuk pada catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga hari ini jumlah hotspot di Sumatera Selatan mencapai 663 titik. Meningkat dua kali lipat dari sebelumnya 267 titik. Jarak pandang pun kian pendek jelang sore hingga pagi. Di Kota Palembang misalnya, jarak pandang di bawah 1000 meter.


Ketika Kantor Berita Radio (KBR) diajak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menengok upaya pemadaman api di Sumatera Selatan, kobaran api dan kepulan asap masih menyelimuti provinsi itu.


Bahkan, bantuan dari negara jiran seperti Singapura, Malaysia dan Australia, kepayahan menaklukkan api di sana.



Membagi Tugas


Posko utama Satuan Tugas Darurat Bencana Asap berada di Landasan Udara Palembang. Di sanalah, komando pemadaman api dan asap berasal. Gedung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan pun disulap menjadi posko komando pusat penanganan darat dan udara selama bertugas.


Rapat koordinasi dan evaluasi dilakukan dua kali, pagi dan sore. Di situ, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dilibatkan untuk mengetahui perkiraan cuaca.


Pagi, rapat koordinasi dimulai. Pembagian tugas dan pembagian data serta peta titik api di Sumatera Selatan dibagikan. Perwakilan dari negara tetangga turut hadir untuk mendapat titik koordinat sasaran pemadaman. Tak jarang, mereka juga memberi saran terkait metode pemadaman yang terjadi di titik-titik terparah.


Perwakilan negara Singapura misalnya, menyarankan agar helikopter dengan rotor gandanya, Chinook, bisa menyuntikkan bahan kima ke titik terparah. Tujuannya, melepaskan zat karbon yang ada dalam gambut.


Beda lagi dengan Australia yang membawa dua pesawat jenis Hercules dan pesawat kecil. “Kita perlu memberikan zat agar udara keluar dan karbon di bawah tanah bisa keluar dan tidak panas,” jelas salah satu petugas Australia.


Sementara Indonesia yang menjadi pemegang komando, memberikan data satelit arah angin dan informasi topografis yang akan dituju. Semisal, Chinook yang piawai mengambil air ditempatkan di daerah yang dekat dengan air. Sama halnya dengan pesawat Pelican milik Australia yang diarahkan dekat dengan alur sungai sehingga bisa mendarat dan mengambil air dengan cepat di permukaan sungai.


Setelah dibekali data, seluruh tim dari masing-masing negara saling berkoordinasi. Utamanya, terkait kendala jarak pandang yang kerap menjadi musuh ketika terbang.


THOR Jadi Primadona

               

Mengisi air ke untuk dimasukkan ke 'lambung' THOR

Hari ini, sesuai komando, seluruh kekuatan udara difokuskan di pesisir timur Sumatra Utara. Menurut Komandan Landasan Palembang, Muhammad Riza Yudha Fahlefie, di sana titik api paling banyak. “Antara lain Pantai Timur dari Air Sugihan sampai ke Cenggal sampai ke daerah selatan Ogan Ilir, Padamaran, Muara Kuang. Jadi dari Pantai Timur terus ke belakang itu yang cukup menonjol. Prioritas kita itu dua, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyu Asin. Tetapi dalam suatu operasi militer harus ada tujuan yang jelas," jelasnya.

Sesaat kemudian, mesin helikopter menderu sembali menunggu izin terbang keluar. Pasalnya jarak pandang mulai membaik. Kalau sebelumnya, jarak pandang tak kurang dari 1000 meter. Maka, tak jarang, misi pemadaman melalui udara kerap dibatalkan. Contohnya kemarin (15/10/2015), kabut asap tebal membuat jarak pandang tak memungkinkan. Keselamatan menjadi faktor penting.


Walhasil, helikopter Chinook milik Singapura menolak terbang. Begitu pula dengan pesawat Pelican punya Malaysia. Tapi, tak tak begitu dengan pesawat Hercules asal Australia. Ia menjadi primadona memadamkan api ketika dianggap nekat. Ini karena si Hercules mampu terbang meski jarak pandang terbatas.


Negeri Kangguru itu meminjamkan dua pesawat; Hercules yang diberi nama THOR. Pesawat itu milik instansi pemadaman kebakaran lahan dan hutan Australia. Ia mampu menumpahkan air hingga 15 ribu liter dalam sekali jalan. THOR rupanya tak sendiri ketika terbang, ia dibantu pesawat berbadan ringan yang fungsinya sebagai mata.


Skenarionya, si mata THOR akan jalan lebih dulu untuk memastikan sumber api yang akan dipadamkan. Barulah kemudian, THOR melancarkan aksinya. Dengan badan yang cukup besar, THOR memiliki ‘lambung’ yang dimodifikasi untuk menyiramkan air.


Sementara Pelican, dirancang untuk mengambil air di aliran sungai yang berjalan. Ia handal mengambil air hanya dalam beberapa detik. Layaknya burung Pelikan yang menukik dan menyimpannya di paruh.


Dari Sumatera Selatan, Jurnalis KBR Yudi Rachman.


Editor: Quinawaty Pasaribu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!